Mohon tunggu...
Nasrul
Nasrul Mohon Tunggu... Guru - nasrul2025@gmail.com

Pengajar sains namun senang menulis tentang dunia pendidikan, bola dan politik, hobi jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Si Miskin yang Tak Berdaya

15 Januari 2023   00:00 Diperbarui: 15 Januari 2023   00:04 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Miskin adalah suatu kata yang ditujukan kepada seseorang yang tidak mempunyai harta benda. Oleh karena itu, kata miskin sering disematkan kepada orang --orang yang tidak mempunyai daya dan upaya dalam menjalani hidup. Sehingga si miskin terkesan tidak berharga di mata masyarakat umumnya.

Miskin menjadi momok menakutkan bagi orang --orang yang menganggap banyak harta adalah suatu cita --cita besar sehingga tidak jarang dengan cara apapun mereka akan mencapainya walaupun dengan mengorbankan si miskin. Dengan cara mempekerjakan si miskin dan dibayar dengan gaji sekecil mungkin supaya si kaya cepat atau semakin kaya.

Sehingga di dalam masyarakat di desa yang kental dengan budaya menghormati yang tua dan hidup dengan gotong royong, sekarang sudah menjadi pudar sejak merebaknya penyakit materialisme yang menjadikan siapa yang paling kaya dialah yang hebat. 

Akibatnya si kaya terkadang jarang mau berkumpul atau gotong royong bersama dengan masyarakat miskin. Dan apa yang dilakukan oleh si kaya walaupun salah maka akan dimaklumi oleh mayarakat umumnya.

Perbedaan miskin dan kaya sebenarnya tidak menjadikan suatu fenomena yang menghilangkan rasa  hormat dan rasa hidup secara kebersamaan. Namun, kenyataan hidup lebih kejam daripada teori yang ada di dalam buku atau pelajaran di sekolah. 

Oleh karena itu, sudah saatnya mendidik generasi yang tidak memandang banyak harta suatu kemuliaan sebab akan merusak jalan pikiran generasi muda dalam memandang arah masa depan mereka.

Si miskin yang tidak mempunyai harta yang banyak saat bicara tidak di dengar apa yang dikatakannya walaupun benar, sebaliknya si kaya yang berkata bohong maka di anggap suatu yang benar padahal  bohong. Fenomena ini yang membuat suatu masyarakat rusak dan akan di contoh oleh generasi selanjutnya jika tidak dilakukan pendidikan yang benar di masyarakat.

Si miskin di dalam masyarakat terlihat terhina   dengan kelakuan si kaya yang semakin besar kepala dan suka menghina. Namun, si miskin apa daya tidak mempunyai kekuatan untuk melawan si kaya karena tidak mempunyai materi yang banyak.

Jadi terkesan si kaya semakin kaya dan si miskin semakin miskin. Hal ini terjadi karena sikap materialistik dan  sistem kapitalisme yang sedang berlaku di masyarakat umum, yang mana si kaya seperti tidak ada niat untuk membantu si miskin karena saat si kaya mempekerjakan si miskin dengan cara si kaya menentukan  upah dengan upah yang sangat sedikit dan ini terjadi di masyarakat umum yang mana pekerjaannya banyak tapi gajinya sedikit sekali. Dan si miskin lagi --lagi tidak berdaya melakukan protes sebab tidak ada pekerjaan lain yang bisa si miskin lakukan.

Sementara itu adanya yang miskin maka si kaya dapat membantu. Namun, itu hanyalah cerita dongeng bagi masyarakat umum. Akibatnya setiap orang akan berlomba -- lomba dalam mengejar materi dan melupakan hukum halal dan haram, yang mengakibatk hidup dimasyarakat  sudah tidak tenang lagi karena begitu banyak kasus pencurian dan perampokan hanya demi mendapat status kaya.

Oleh karena itu, pendidikan adalah jalan satu -- satunya untuk mengubah sikap hidup orang -- orang di masyarakat. Karena pendidikan yang benar maka akan membentuk manusia yang benar dalam menyikapi setiap perbedaan status di masyarakat. 

Tapi apa daya terkadang di dalam dunia pendidikan terjadi juga suap menyuap dalam upaya anak orang kaya bisa masuk sekolah favorit walaupun tidak layak lulus. 

Dan terjadi lagi bahwa si miskin yang pandai dan layak lulus kembali kalah dengan orang kaya yang banyak materi dan bisa membeli harga diri orang lain. 

Hal ini terjadi karena banyak orang yang mengdewakan uang. Dan hanya dengan uang bisa membeli apapun  di dunia ini dan juga dengan uang harga diri seseorang yang hilang, dan jga dengan uang iman seseorang akan hilang. Tidak percaya coba saja uji sendiri di masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun