Momentum lebaran bagi umat Islam merupakan momentum yang di tunggu-tunggu oleh seluruh umat Islam seluruh dunia, tidak kecuali bagi aku.
Bagiku tahun ini tahun kedua berturut-turut lebaran di kampung karena tahun 2020 tidak bisa pulang kampung akibat dari pandemi covid-19.
Lebaran di kampung tentu sangat menyenangkan karena bisa pergi shalat bersama ibu dan ziarah ke makam Ayah.
Selain itu, aku juga bisa silaturahmi ke rumah saudara. Maklum saudara Ayah dan ibu sangat di kampung karena mereka menikah sesama keluarga besar alias masih ada hubungan.
Tradisi aku dengan ibu selalu berkunjung ke rumah saudara. Hal ini aku lakukan sebab hanya dengan saling mengunjungi maka akan mempererat hubungan kekeluargaan.
Dan tentu silaturahmi nya tidak hanya dikampung tempat aku tempati akan tetapi juga ke kampung sebelah. Maklum, saudara Ayah dan ibu tersebar hampir di seluruh desa di kecamatan. Walaupun jauh akan tetapi suasana lebaran tidak menjadikan aku enggan untuk berkunjung.
Lebaran di kampung aku lumayan seru. Karena kampung aku penduduknya banyak sehingga jika shalat di masjid maka banyak jamaah shalat nya. Dan tentu penduduknya rata-rata saudara aku dari sebelah ibu.
Oya, biasanya shalat Idul Fitri di lapangan atau di tanah lapang namun di kampung aku selalu shalat Idul Fitri di masjid. Sebenarnya bisa saja shalat di lapangan atau tanah lapang akan tetapi karena banyak kerbau atau hewan ternak lainnya yang berkeliaran yang menyebabkan banyak sisa - sisa kotoran alias najis ,maka shalat di masjid merupakan solusi yang mungkin karena jika shalat di tanah lapang dan terkena najis maka sholatnya tidak sah.
Walaupun shalat di masjid, suasana shalat Idul Fitri tetap terasa khimat dan penuh khusyuk karena di imami shalat oleh seorang hafidz Al Qur'an 30 Juz asli putra desa aku yaitu desa gunong kleng yang terletak di kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh.
Dan momentum yang aku tunggu adalah bisa pergi ke masjid dengan ibu tercinta.dan setelah pulang langsung pergi ziarah.Â
Suasana yang ramai di kampung aku, tidak  di ikuti oleh kampung lain. Karena masih ada kampung belum lebaran di kecamatan yang sama dengan aku.
Oleh karena itu, menyebabkan berkurangnya orang-orang yang berlebaran hari ini. Alasan mereka yang belum lebaran karena belum melihat bulan dan juga bentuk kepatuhan kepada guru tempat mengaji di desa tersebut.
Walaupun tidak serentak bukan berarti tidak saling mengunjungi sebab saling mengunjungi merupakan suatu perbuatan yang baik untuk mempererat hubungan antar keluarga.
Tentu aku berkunjung nya besok pada saat mereka sudah berlebaran. Karena jika berkunjung hari ini tidak enak sebab mereka masih melaksanakan puasa.
Kelebihan lebaran dikampung tentu banyak sekali dari segi ramah tamah dan juga bisa bercerita nostalgia pada zaman kecil dulu.
Aku pergi berkunjung biasanya gabung dengan kakak. Jadi. Dengan pergi bersama dengan kakak maka terasa ramai sekali.
Oleh karena itu, momentum lebaran di kampung akan semakin lengkap dengan berkumpul semua keluarga dan tentu suasana nya akan semakin ramai lagi.
Itulah cerita serba serbi Idul Fitri di kampung halaman sendiri. Untuk Kompasiana selamat Idul Fitri mohon maaf lahir dan batin. Terimakasih sudah menjadi rumah bagi penulis pemula seperti aku. Dan tentu menambah teman-teman dalam hidup ku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H