Mohon tunggu...
Nasrul
Nasrul Mohon Tunggu... Guru - nasrul2025@gmail.com

Pengajar sains namun senang menulis tentang dunia pendidikan, bola dan politik, hobi jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Alasan Belanda Ingin "Mengambil Kepala" Teuku Umar untuk Diteliti

26 Maret 2022   00:05 Diperbarui: 26 Maret 2022   07:58 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teuku Umar bersama dengan pengikutnya pada masa perang Aceh (dok. kemendikbud.go.id)

Dengan adanya pasukan marsose kekuatan pejuang Aceh sedikit menciut sebab desa sebagai tempat penyediaan makanan bagi tentara Teuku Umar habis dibakar oleh pasukan marsose. Oleh sebab itu, perlawanan Teuku Umar terhadap Belanda sudah mulai berkurang.

Puncaknya Teuku Umar disergap oleh Belanda di Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899 subuh pagi, sesaat sampai di batu putih kota Meulaboh, beliau Akhirnya mati syahid setelah terkena tembakkan dari sniper Belanda. Setelah mati syahid jasad Teuku umar di bawah lari oleh pengikutnya supaya tidak diambil oleh tentara Belanda. Memang sebelum beliau pulang ke Meulaboh beliau sudah bilang sama pasukannya "singoh bengoh tanyoe jep kupi di Meulaboh atawa lon matee syahid" (besok pagi kita akan minum kopi di Meulaboh atau saya mati syahid).

Dalam pelarian, pengikut Teuku Umar sengaja membuat kuburan palsu untuk menipu Belanda. Dan jika ada pengikut yang memberi informasi dimana Teuku Umar maka mata mereka tiba -- tiba buta sebab mereka sudah berkhianat kepada Teuku Umar.setelah dilakukan beberapa penyamaran akhirnya Teuku Umar di makamkan di desa mugo Rayeuk Kecamatan Perenmeu Kabupaten Aceh Barat.

Atas banyak tipuannya maka kepala Teuku Umar sangat berharga bagi Belanda. Sebab Belanda ingin membelah kepala Teuku Umar untuk mengetahui apa isinya didalamnya. Atas perjuangan pengiikut Teuku Umar maka kepala Teuku Umar berhasil di sembunyikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun