Ada banyak alasan Belanda ingin mengambil jasad Teuku Umar khususnya kepala. Sebab Belanda tidak habis pikir bagaimana Teuku Umar, seorang pejuang yang tidak belajar ilmu bertempur atau militer memiliki strategi perang yang sangat brilian sehingga membuat Belanda sangat menderita.
Ceritanya pada awal meletus perang Aceh, Teuku Umar sudah ikut berjuang dengan pasukan kesultanan Aceh. Saat bertempur dengan tentara Belanda Teuku Umar menyadari bahwa jika pejuang Aceh hanya mengandalkan senjata seadanya seperti rencong, Tombak dan senjata api rampasan yang sedikit maka akan banyak menimbulkan korban di pihak pejuang Aceh.
Oleh karena itu, Teuku Umar mengatur strategi bagaimana mendapatkan senjata api yang banyak. Dengan sebab itu, beliau mempunyai ide untuk menjadi salah satu tentara dari Belanda. Strategi penyamaran ini hanya diketahui oleh anak buah Teuku Umar saja, sedangkan pasukan Aceh lain tidak mengetahui maksud dan tujuan Teuk Umar sehingga Teuku Umar di cap sebagai pengkhiat saat itu.
Akhirnya misi dimulai. Teuku Umar tiba --tiba menyerahkan diri kepada Belanda. Belanda yang sudah putus asa melawan Teuku Umar dengan senang hati menerima penyerahan yang dilakukan oleh Teuku Umar. Oleh sebab itu, Belanda dengan cepat menjadikan  Teuku Umar sebagai tentaranya dalam memburu pejuang Aceh.
Pada awal bergabung Teuku Umar berhasil membuat Belanda senang. Karena beliau berhasil menghancurkan pos --pos dari pejuang Aceh. Sehingga atas prestasinya itu Teuku Umar di angkat sebagai komandan pada salah satu kavaleri Belanda yang khusus memburu pejuang Aceh.
Pada saat menjadi komandan, Teuku Umar baru mulai melakukan aksinya dengan cara menlucuti sedikit demi sedikit senjata Belanda di Gudang untuk di serahkan kepada pejuang Aceh. Setelah 2 tahun menyamar dan Teuku Umar merasa sudah cukup mencuri senjata dan peluru Belanda maka Teuku Umar malah menyerang balik Belanda dan mebuat Belanda semakin terpojok, sebab pejuang Aceh sudah banyak mempunyai senjata api yang berasal dari Belanda.
Alasan yang kedua Teuku Umar melakukan  perang gerilya yang mengandalkan hutan sebagai tempat bersembunyi, dalam perang gerilya ini Teuku Umar selalu menang dalam pertempuran sebab pejuang Aceh yang notabene pribumi asli tentu sangat mengetahui medan tempur sendiri jika di bandingkan dengan Belanda yang tidak tau apa --apa tentang kondisi Aceh secara keseluruhan.
Strategi perang gerilya yang dilakukan adalah dengan cara menyerbu secara mendadak pasukan Belanda yang sedang berpatroli atau sedang mengangkut logistik perang. Strategi ini sangat membuat Belanda banyak kehilangan pasukannya.
Dan ada juga kejadian saat Teuku Umar mau disergap pada saat subuh di sungai, Teuku Umar yang mengetahui Belanda mempunyai banyak senjata dan peluru mencoba menipu Belanda dengan cara dibuangnya buah kelapa ke sungai. Pasukan Belanda yang melihat buah kelapa seperti kepala pejuang Aceh tanpa pikir panjang terus menembak secara membabi buta sehingga menghabiskan banyak peluru. Sebab buang kelapa walaupun kena tembakkan tetap mengapung di atas air. Setelah habis peluru baru di serbu oleh pejuang Aceh yang keluar dari persembunyiannya.
sehingga muncul sebuah ide dari seorang pribumi Aceh yang bekerja sama dengan Belanda untuk membuat sebuah satuan yang kerjanya menghanguskan setiap tempat rakyat Aceh tinggal, yang nama pasukannya dikenal dengan sebutan "Marsose" yang mana satuan ini terdiri dari pasukan elit Belanda yang sangat kejam. Sebab mereka tidak segan -- segan membakar desa yang mereka lalui.