Aceh merupakan  provinsi di Indonesia yang terletak paling ujung Barat. Selain dikenal sebagai provinsi paling ujung barat, Aceh juga dikenal dengan penerapan hukum syariat Islam yang kental.Â
Tidak salah dalam buku sejarah Aceh merupakan pintu masuk pertama agama Islam dari pedagang arab dan India. Sehingga ada beberapa kerajaan islam yang terletak di pesisir Aceh, contohnya kerajaan Lamuri, Samudra pasai dan Indra Patra
Dari ketiga kerajaan tersebut, kerajaan Lamuri adalah kerajaan Islam yang paling tua atau yang pertama  hilang akibat dari hantaman Tsunami, hal ini dapat dilihat dari peninggalan sisa -- sisa benteng yang terletak di desa Kuta Lubok, Krueng Raya Aceh Besar.
Petunjuk adanya kerajaan Lamuri berdasarkan cerita ibnu Batutah, seorang ilmuwan Islam yang sempat keliling dunia untuk membuat peta. Dan ada sisa -- sisa benteng di kuta lubok, Aceh Besar. Oleh karena itu, kerajaan Lamuri pernah ada namun tidak bertahan lama karena hantaman Tsunami.
Aceh yang di apit oleh dua lempeng tektonik yaitu Indo - Australia dan Eurosia di laut  serta di darat ada lempeng semangko yang sangat  mematikan. Sebab lempeng semangko adalah lepeng darat yang mana jika bergeser sedikit maka kerusakkan bangunan akan hancur lembur. Beda dengan lempeng di laut yang menimbulkan Tsunami akibat dari bergeser lempeng.
Tsunami adalah naiknya air laut ke darat dengan gelombang besar, biasanya Tsunami terjadi akibat dari gempa Tektonik, Gunung Api laut  meletus atau Longsoran yang terjadi di dalam laut.Â
Tsunami pernah menghantam Aceh pada abad ke 21 pada tahun 2004. Sejak saat itu, Aceh mulai dikenal oleh dunia akibat terkena musibah Tsunami.Â
Namun, hal yang membuat sedih adalah korban Tsunami tahun 2004 sangat banyak karena masyarakat belum  mengetahui bagaimana menghindar dengan baik dari bencana Tsunami, sehingga korban jiwa yang meninggal sekitar ratusan ribu begitu juga dengan yang korban hilang atau tidak bisa di identifikasi.
Sejak 2004 bantuan Tsunami di Aceh sangat banyak, mulai diberikan rumah dan sampai disediakan modal usaha untuk melanjutkan kehidupan yang lebih baik.Â
Oleh karena itu, pemahaman tentang bencana wajib dipelajari oleh masyarakat yang memang tempat tinggalnya berada di kawasan resiko bencana.
Sebenarnya Tsunami itu terjadi secara periodik yang artinya Tsunami di Aceh terjadi dari zaman kerajaan Lamuri sekitar abad 17 sampai dengan abad 21.Â
Dalam rentang waktu tersebut ada terjadi beberapa kali Tsunami. Hal itu dibuktikan dengan ditemukan sisa --sisa Tsunami di Gua ek Lunti di Lhoong Aceh Besar. Yang mana Informasi yang di dapatkan dari dalam gua adanya lapisan tanah yang mana setiap lapisan tanah ada ek lunti  (kotoran kelelawar) seperti kue lapis yang mana setiap lapis ada kejadian Tsunami.
Dengan adanya bukti bahwa Tsunami terjadi secara periodik atau secara perulangan maka dibutuhkan pendidikan pengurangan bencana terhadap masyarakat khususnya masyarakat yang berada di Aceh.
Media seperti media massa, radio dan televisi seharusnya menjadikan tanggung jawab moral untuk terus mengedukasi masyarakat tentang resiko pengurangan bencana khususnya Tsunami.Â
Sebab media adalah sarana yang sangat ampuh atau corong informasi yang selalu di tunggu -- tunggu oleh semua kalangan masyarakat.Â
Sebab hanya dengan terus mengedukasi maka akan terbentuk pemikiran -- pemikiran yang peduli tentang resiko bencana. Jangan sampai media hanya mau memberitakan saat peristiwa terjadi.Â
Hal ini sangat miris karena bencana Tsunami seharusnya dapat di minimalisir korbannya hanya  dengan kesadaran masyarakat dalam resiko pengurangan bencana.
Jangan sampai media  hanya mau memkampanyekan tentang resiko pengurangan bencana Tsunami jika di dukung oleh sponsor yang memberi dana saja.  bukan tidak boleh namun setelah ada program, sudah pernah di biayain tidak  salahnya rekaman video tersebut  atau dokumen yang terkait di putar secara perulangan supaya masyarakat terbentuk kesadaran tentang bencana.
Dengan dilakukan edukasi pengurangan resiko bencana oleh media maka masyarakat mau tidak mau akan timbul kesadaran tentang cara menghindar  dari bencana sebaik mungkin.Â
Oleh karena itu, sudah saatnya media menjadikan kampanye resiko pengurangan bencana sebagai program wajib untuk masyarakat. Dan menjadikan sebagai tanggung jawab moral terhadap masyarakat.
Media tidak akan rugi karena untuk kampanye bisa dilakukan dengan hanya sekali putar atau dua kali dalam sehari namun wajib dilakukan secara rutin dan tidak berhenti -- henti.
Dengan media tidak pernah berhenti mengedukasi resiko pengurangan bencana tentu ke depan masyarakat tidak panic lagi saat terjadi bencana  dan korban yang jatuh dari bencana akan berkurang.
Sebab mau tidak mau mengedukasi tentang resiko pengurangan bencana wajib dilakukan oleh media. Sebenarnya bukan media saja sebagai penanggung jawab moral namun orang tua juga bertanggung jawab akan tetapi media mempunyai kekuatan menyebarkan informasi lancar.
Sudah saatnya media kembali berkontribusi dalam misi kemanusiaan untuk mengedukasi resiko pengurangan bencana Tsunami. Jangan sampai media yang mempunyai kekuatan hanya mau meliput pada saat kejadian bencana  Tsunami saja akan tetapi juga mau mengedukasi dengan baik. semoga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H