Semua tidak seperti yang di bayangkan. Pulang kampung ternyata belum bisa membuat aku tenang, sebab di kampung aku  merasa asing dan tidak ada teman. Bukan berarti mengabaikan saudara namun ini masalah suasana. Aku berusaha untuk nyaman ketika bertemu saudara. Aku sering bicara hal -- hal yang ringan dengan saudara ibu dan ayah tapi begitulah hanya sekedar cerita dan tidak seru.
Sebenarnya tujuan pulang kampung adalah untuk membuat ibuku bahagia. Karena beliau merasa gelisah jika salah satu anak laki -- lakinya jauh darinya. Aku memang anak yang paling jauh dengan anak yang lain dari keluargaku. Sehingga tidak heran beliau berharap aku tinggal dikampung saja. Walaupun belum mendapatkan pekerjaan yang layak ibuku selalu memotivasiku untuk selalu berusaha dan jangan putus asa.
Entah mengapa ibuku ingin sekali aku di kampung. Padahal, saudaranya ibuku banyak sekali. Maklum ibuku tinggal di kampung  yang setiap sudut saudaranya semua. Hal ini pernah aku tanya sama ibuku, beliau bilang ingin seperti saudaranya yang lain yang mana anak mereka di kampung semua dan tidak yang merantau jauh. Apalagi ke luar negeri. Benar -- benar membuatku ibuku menangis sebab beliau tidak ingin anaknya jauh darinya.
Pernah ibuku ingin menyuap orang untuk aku bisa bekerja di kampung tapi aku bilang tidak usah karena hal itu sesuatu yang sangat dilarang oleh agama. Kata ibuku hampir semua orang pakai orang dalam dan pakai uang. Aku bilang sama ibuku, aku rela hanya kerja dikebun dan membantu ibu. Karena sesuatu yang di awalin dengan keburukan  pasti akan berakhir dengan keburukan juga.
Mungkin aku terlalu idealisme, tidak mau berkompromi dengan hal -- hal yang salah. Dan tidak mau bekerja dengan perusahaan perusak alam. Yang mengakibatkan aku sengsara jika dilihat dari luar tapi sebenarnya aku biasa saja dengan keluargaku. Sebab kebahagiaan bukan diukur dengan materi yang banyak namun dengan materi yang cukup menurut versi keluargaku.
Sekarang aku sudah hampir tiga bulan di kampung dan aku merasakan keanehan sendiri sebab aku merasa asing dan teman SMP dan SMA semua sudah ada kegiatan masing -- masing. Jadi, aku merasa berada di planet mars yang memang tidak ada apa yang harus diceritakan. Karena kalaupun bertemu teman paling ditanya kapan pulang kampung dan hanya sebatas itu saja.
Benar -- benar bosan aku di kampung sendiri. Padahal, dulu saat di perantauan, ingin sekali pulang kampung. Walaupun bosan aku masih ada istri dan ibuku teman bergosip. Mereka berdua adalah dua manusia yang tidak pernah membuat aku bosan.
Masalah bosan dikampung pernah di nasehati oleh guruku bahwa." Jika kita sudah pergi merantau maka saat pulang kampung, kita tidak enak lagi tinggal dikampung". Jika dilihat dari kegelisahan aku sekarang memang tinggal dikampung bagi anak perantau sudah tidak nyaman lagi. Bukan berarti membenci kampung tapi bagi anak perantau kampung bukan lagi tempat tinggal ideal. Karena memang tidak pas saja begitu.
Meskipun kampung tempat yang selalu dirindukan oleh anak perantau. Tapi itu hanya beberapa saat saja. Namun jika sudah berbulan maka anak perantau akan merasakan bosan dan mulai tidak nyaman dengan keadaan kampung. Keadaan bosan muncul karena dikampung dulu dan sekarang sangat berbeda yang mengakibatkan perantau tidak nyaman. Dan merasakan garing saja bertemu dengan teman -- teman karena tidak yang seru untuk dibahas. Sehingga terpikirkan untuk apa pulang kampung jika hanya sementara tapi waktu sementara itulah yang selalu ditunggu -- tunggu oleh saudara seperti lebaran. Jika lama nanti bisa bosan lagi.
Aku sekarang berusaha bersahabat dengan keadaan dikampung. Walaupun aku merasakan tidak nyaman namun aku wajib terbiasa dengan keadaan yang ada. Sebab yang namanya hidup tidak selamanya bosan dan tidak selamanya tidak enak, pasti suatu saat akan seru dan selalu bahagia.