Dengan tertangkapnya Cut Nyak Dhien, tidak membuat rakyat Aceh saat itu diam, malah perlawanan semakin terus dilakukan terhadap penjajah Belanda. Karena merasa pengaruh Cut Nyak Dhien yang masih kuat maka Belanda mengasingkan beliau ke pulau Jawa, yaitu daerah Sumedang.
Di pengasingan Cut Nyak Dhien di titipkan oleh Belanda ke pejabat yang ada di daerah itu. Dan Belanda tidak memberikan informasi detil tetap perempuan yang Belanda titipkan ke pejabat tersebut, sehingga masyarakat di tempat itu tidak tau bahwa beliau adalah pemimpin pasukan Aceh yang sangat di takuti oleh Belanda.Â
Beliau pengasingan tidak pernah mau makan makanan yang di berikan oleh orang Belanda. Oleh karena itu, masyarakat yang melihat beliau semakin menderita beriniasi memberikan pakaian dan makanan kepada beliau
Di tempat pengasingan Cut Nyak Dhien di panggil Ibu suci/ibu perbu karena beliau ahli agama serta mengajar mengaji anak -- anak yang tinggal sekitar itu. Masyarakat setempat masih belum tahu bahwa perempuan yang mengajar anak mereka mengaji adalah seorang perempuan yang berpengaruh di Aceh.
Keberanian Cut Nyak Dhien dan keteguhan beliau tidak terbentuk secara instan. Akan tetapi terbentuk berkat pendidikan agama Islam kuat yang telah di tanamkan di dadanya sejak masih kecil. Dengan kesabaran gurunya pula  sehingga membuat Cut Nyak Dhien menjadi perempuan yang bisa membuat pasukan Belanda frustasi.
 Hanya  beberapa tahun di Sumedang Cut Nyak Dhien meninggal Dunia. Beliau meninggal bukan hanya meninggalkan jasad tapi semangat melepas dari penjajah Belanda kafir belum pernah pudar dari perempuan Aceh lainnya.
 Meninggalnya Cut Nyak Dhien tidak membuat perempuan Aceh semakin loyo. Akan tetapi perjuangan perempuan Aceh untuk mengusir penjajah terus muncul.Â
Salah satu muridnya yang terkenal adalah Pocut Baren Pahlawan yang berasal dari Meulaboh. Dan juga memimpin perlawanan terhadap Belanda sehingga ada salah benteng di Aceh yang terkenal sebagai benteng Inong Balee (janda istri pejuang). Dengan Benteng tersebut mengisyaratkan bahwa banyak pejuang Aceh dulu yang berasal dari perempuan.
Dari perjuangan Cut Nyak Dhien dapat di simpulkan bahwa untuk berjuang membutuhkan banyak pengorbanan, dari pengorbanan harta sampai pengorbanan cinta sejati yang beliau dapat, bahkan dua orang suamnya meninggal di medan pertempuran.Â
Ini benar -- benar kisah yang menguras emosi sebab kehilangan dua orang tercinta yaitu suami pertama dan kedua sungguh menyakitkan jika di bayangkan dengan pikiran normal. Namun sepertinya Cut Nyak Dhien sudah hilang itu semua karena mengingat harga diri Bangsa, Negara dan Agama adalah segalanya.
Untuk menjadi contoh Cut Nyak Dhien zaman sekarang sebenarnya sulit. Karena perempuan sekarang sudah banyak di masukkan dengan kehidupan dunia yang glamor  serta pamer harta menjadi gaya hidup. Padahal, Cut Nyak Dhien bukanlah perempuan miskin tapi perempuan bangsawan dan jago ilmu agama lagi, tidak zaman sekarang baru sedikit harta sudah pamer dan ilmu agamanya tipis.