Mohon tunggu...
Nasrul
Nasrul Mohon Tunggu... Guru - nasrul2025@gmail.com

Pengajar sains namun senang menulis tentang dunia pendidikan, bola dan politik, hobi jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengalaman Mengajar Selama 4 Tahun (Now Resign)

22 Juni 2020   06:41 Diperbarui: 13 November 2020   18:07 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.Pribadi. bersama kelas 6 dan 5

Tanggal 20 Juni 2020 adalah hari terakhir saya bertemu atau pertemuan terakhir dengan wali murid kelas 4 yang saya asuh. Karena semester depan saya tidak lagi mengajar di SD. Mengingat pengalaman mengajar yang sangat terkesan, mungkin mengajar di SD yang sudah saya tempuh selama 4 tahun adalah pengalaman pertama setelah saya menyelesaikan pendidikan sarjana saya. 

Walaupun sarjana saya bukan sarjana pendidikan. Namun, alhamdulillah ada beberapa wali murid merasa senang dengan gaya mengajar saya. Salah satunya malah mengatakan bahwa sebenarnya anaknya tidak suka matematika. Tapi, selama saya yang mengajar anak tersebut menyukai pelajaran matematika.

Saya juga heran mengapa anak murid jika saya masuk senang dan selalu mebandingkan saya dengan guru yang lain. Kata anak murid bahwa saya senang bercerita dan lucu-lucuan. Memang saya akui jika saya mengajar saya tidak terlalu memaksa teori tapi lebih bagaimana anak-anak menyenangi saya dulu, setelah mereka senang, baru saya mengajarkan teori dan biasanya teorinya pun tidak langsung , biasanya masih juga ada cerita yang menggambarkan tentang teori yang akan saya ajarkan.

Saya menggunakan metode cerita karena saya suka bercerita dan saya saat sekolah dulu sangat senang dengan guru yang banyak cerita. Walaupun ceritanya tidak menarik sekalipun bagi saya itu sangat menghibur sebab bagi saya ke sekolah itu tidak hanya menuntun ilmu tapi butuh juga mendengar cerita pengalaman yang seseorang alami, apalagi jika cerita tentang sejarah, itu sangat, membantu untuk memacu kecerdasan anak-anak dan respon anak-anak menurut saya.

Sedikit saya bercerita bahwa ada seorang anak yang sangat pendiam alias tidak peduli dengan apa yang saya ajarkan. Anak itu di suruh tulis tidak mau, semua tidak mau. Suka-suka dia jika di dalam kelas. Ada temannya bilang memang begitu orangnya. 

Saya pun bercerita tentang kisah sejarah tidak ada respon juga. Saya mulai heran maunya anak itu apa. Sehingga pada suatu hari saya bercerita tentang cita-cita belum juga respon ternyata dia kurang senang dengan cita-cita. 

Akhirnya saya bercerita tentang hantu di sekolah. Tiba-tiba dia langsung bertanya dan duduk paling depan, diam dengan serius menyimak cerita yang sedang saya bicarakan. 

Dalam hati saya bergumam. Owh. Anak ini senangnya cerita hantu. Setelah itu jika dia tidak respon biasanya sebelum mulai belajar saya bercerita hantu dulu sekitar 5 menit supaya ada respon dari anak yang pendiam tadi dan dia senang serta aktif.

Pengalaman yang lain adalah saat menghadapi anak yang cengeng. Bagi saya ini adalah tantangan yang saya kurang senang. Sebab saya tidak berpengalaman dan tidak mempunyai ilmu bagaimana menghadapi anak seperti ini. 

Oleh karena itu, saya biasanya menggunakan gaya kuno yang mana tidak ada pilih kasih di dalam kelas dan semua anak murid sama sehingga mereka tidak ada lagi yang cengeng dan tidak mau di suruh maju ke depan. Bagaimana jika sudah terlanjur. Saya tidak peduli dengan anak itu sehingga dengan sendirinya dia sadar itu adalah perbuatan tidak baik bagi seorang murid dengan gurunya.

Bagaimanapun. Pengalaman menjadi guru adalah pengalaman berharga bagi saya untuk belajar lagi menjadi pribadi yang baik dan semakin peka dengan perasaan di sekitar saya. 

Sejujurnya saya ingin sekali mengajar tapi keadaan tidak mendukung. Sebab bagi saya bahagia saat mengajar sulit di jelaskan dan orang-orang banyak tidak tau bahagianya mengajar. Oleh karena itu, jika ada kesempatan mengajar lagi saya akan sangat senang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun