Selain itu, aku juga menemukan anak-anak remaja yang mempunyai cita-cita tinggi tapi tidak melanjutkan sekolah. Aku merasa aku harus bersyukur sebanyak-banyak kepada Allah swt karena Allah swt sudah mengabulka do'a aku untuk kuliah. Walaupun pada saat yang sama orangtua aku tidak mampu. Tapi karena tekad kuat dan pantang menyerah, mungkin bukan pantang menyerah tapi memang aku keras kepala.
Sehingga ibuku dengan mengizinkan aku kuliah walaupun uang tidak punya. Thanks Ya Allah sudah mengirimkan ibu dan Ayah terbaik di Dunia ini untuk aku. Aku selalu merindukan mereka berdua. I miss My parents forever.
Kadang-kadang di pikiran aku terlintas. Apakah aku akan terus menjadi begini atau akan terus di Aceh Tenggara ?. mungkin ya atau tidak. Sebab semua ini tergantung kehendak Allah swt tapi mimpiku sebenarnya aku ingin sekali menyambung S2 aku keluar negeri. Mimpiku ke luar negeri terlalu besar bagiku dan sulit aku kuburkan. Oleh karena itu, di setiap do'a aku pastikan aku berdo'a ingin kuliah ke luar negeri.
Karena mimpi ke luar negeri adalah harga mati. Walaupun orang-orang di sekitar aku menuduh aku tukang menghayal. Bagiku itu terserah, yang pasti mimpi itu gratis. Oleh karena itu, aku tidak peduli dengan yang suka mematikan semangat aku walaupun aku suka sama orang itu. Karena bagiku, aku bebas bermimpi jadi apa dan hidupku bebas.
Kadang-kadang aku berpikir aneh sama orang-orang yang suka mengejek dan mematikan semangat ku untuk pergi ke luar negeri. Padahal, mereka itu hanya orang-orang biasa. Kalau Bahasa kerennya bukan levelku. Aku tidak akan terganggu sama mereka. I don't care.
Walaupun Kondisi aku tinggal di Aceh Tenggara biasa saja alias jarang-jarang pergi main-main. Tapi aku menikmati saja sebab mungkin hanya beberapa tahun aku berada di Pesantren Hidayatullah. Mungkin suatu saat aku akan pergi dan tidak kembali lagi. Memang cita-cita aku ingin pergi ke luar negeri dan tidak kembali lagi. Karena jika kembali takut tidak bisa di pakai ilmu yang aku pelajari di luar negeri.
Aku tinggal di dalam Asrama bersama dengan pengasuh lainnya dan beberapa anak santri. Bagiku tinggal di asrama seperti ini sudah terbiasa. Oleh karena itu. Aku tidak pernah mengeluh sebab hidup itu hanya untuk di nikmati bukan untuk di pikirkan. Sehingga banyak teman-teman kuliah aku bertanya-tanya bagaimana bisa seorang Nasrul bisa atau mau tinggal di asrama.
Padahal, saat kuliah dulu si nas itu raja download film dan 24 jam di lab komputer. Iya, kataku tapi tidak ada salahkan aku berubah sekarang dan mencoba menerima kehidupan sebenarnya. Kehidupan yang tidak sama dengan kehidupan kampus yang nyaman dan internet cepat.
Teman-temanku salut sama aku yang mau mengajarkan Fisika atau IPA ke daerah terpencil dan jarang ada lulusan sains yang mau mengajar di Aceh Tenggara. Tapi walaupun begitu ternyata ada abang letingku.
Dia seorang kepala sekolah dasar di Aceh Tenggara. Tapi aku belum pernah ketemu dia. Sebenarnya mau ketemu dan reunian Bahasa kerennya. Maklum, aku rindu juga bertemu dengan orang-orang yang satu bidang studi denganku terutama untuk bertukar pikiran.
Inilah Hidayatullahku. Sebuah pesantren yang telah mengajariku arti sebuah mimpi dan di ajariku untuk tidak mudah menyerah. Inilah Hidayatullahku. Sebuah pesantren yang telah memberiku kesempatan bagaimana manisnya jadi seorang pejuang di Jalan Allah swt.