Mohon tunggu...
Nasrul
Nasrul Mohon Tunggu... Guru - nasrul2025@gmail.com

Pengajar sains namun senang menulis tentang dunia pendidikan, bola dan politik, hobi jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Hidayatullahku"

5 Agustus 2018   21:20 Diperbarui: 5 Agustus 2018   21:52 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Aku menginap di pesantren berarti aku harus bergabung dengan teman-teman lainnya berasal dari beberapa kecamatan yang tersebar di Kabupaten Aceh Barat dan Nagan Raya. Aku senang bisa berteman-teman di luar daerah. Walaupun watak mereka berbeda-beda tapi di situlah keseruan kami di  pesantren bagaikan satu keluarga besar.

Kisah itu semua 14 tahun yang lalu sekarang aku sudah menjadi pengasuh di pesantren Hidayatullah Aceh Tenggara masih Provinsi Aceh tapi kata ibuku kamu masih jauh dari rumah dan selalu pergi-pergi saja. Maklum, ibuku tidak mau anaknya pergi jauh sampai-sampai tanah untuk buat rumah anak-anaknya sudah disediakan di kampung. Tapi apa daya. Aku terus berjuang. 

Perjuangan ini bukan karena uang, bukan karena gengsi, bukan karena hanya untuk seru-seruan, bukan karena untuk mencari perempuan, bukan juga karena untuk mengejar karir. Akan tetapi, perjuangan ini masalah kehormatan Islam. Iya. Kehormatan Agama yang aku yakin. Dan keyakinan hati ini tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Ada yang bilang berapa gaji kamu mengajar di Sekolah Hidayatullah. Aku bilang seandainya aku tidak di gajipun aku masih mau mengajar sampai akhir hayat sebab aku mencari pahala dan ridha-Nya. Oleh karena itu, aku merasa bahagia saja berapapun di gaji. Walaupun pernah satu masa aku di sindir oleh dosen pembimbingku yang sangat aku sayang. Kata beliau gaji si nas itu seharga satu piring mie caluek (mie khas Aceh Pidie). 

Aku tersenyum saja. Sebab memang tidak pantas aku di gaji rendah jika dilihat dari kemampuanku. Tapi itu bukan masalah bagiku. Karena semua kehidupan yang aku jalani ini tergantung dengan hati. Selama hatiku bahagia dengan aku perbuat, why not?. Aku akan terus melakukan perbuatan itu sampai aku mati sekalian.

Aku pengabdian di Aceh Tenggara atas permintaan langsung dari pimpinan yaitu Ustad Baharuddin Andi Mustafa. Beliau meminta aku mengajar karena  sekolah yang beliau dirikan belum ada guru IPA dan Matematika yang mampu mengajar untuk mengikuti lomba Olimpiade Sains. Aku saat itu memang sudah lulus kuliah dan jurusan Aku Fisika Sains. 

Padahal, pada waktu yang sama aku sedang mempersiapkan Bahasa untuk melanjutkan sekolah aku ke luar negeri. Akan tetapi, aku harus pergi sebab aku tidak boleh egois. Iya egois dalam mengejar cita-cita dan tidak memikirkan masalah anak bangsa sendiri. Dengan bismilah aku mengatakan ya dan siap pergi mengajar di Aceh Tenggara Kuta cane.

Aku tiba di Aceh Tenggara pas tanggal 31 Januari 2017. Tugas pertama aku adalah mengajar IPA dan Matematika sekolah Dasar untuk persiapan mengikuti olimpiade sains Nasional tingkat Kabupaten. Alhamdulillah, dengan ilmu mengajar  pas-pasan aku mencoba mengajar ilmu IPA dan Matematika yang menurutku rendah sekali. Bukan aku merasa pintar sekali, tapi malah sebaliknya aku tidak bisa mengajar IPA dan Matematika dengan baik. 

Oleh karena itu, aku yang memang suka membaca berusaha untuk mencari materi apa saja yang akan aku ajari untuk persiapan Olimpiade. Ini bukan masalah aku mengejar berhasil atau tidak. Tapi yang pasti aku tidak mau hanya asal- asalan untuk mengajari anak orang yang akan mengikuti olimpiade. Oa. Aku mengajar olimpiade hanya  2 bulan dan intensif 2 minggu sebelum tanding. 

Dengan rahmat Allah swt anak didikku berhasil mendapat juara satu Olimpiade IPA se-kabupaten Aceh Tenggara. Aku bahagia sekali tugas aku selesai pikirku. Akan tetapi kata pimpinan jangan pergi dulu. Coba beberapa tahun dulu di Aceh Tenggara. Aku bilang Aku siap. Walaupun sebenarnya hati ini mau cepat-cepat pergi ke Jepang. Dan menurutku bahagia itu tidak harus ke Jepang tapi cukup membuat orang di sekeliling kita bahagia saja sudah cukup.

Satu tahun lebih Aku sudah berada di Aceh Tenggara. Suka duka yang aku alami pasti sangat  banyak. Dari aku bisa melihat orang nonmuslim yang hidup berdampingan dengan  orang muslim. Maklum, seumur hidup aku jarang melihat banyak gereja dan banyak orang muslim di sekira lingkungan. Karena aku memang di besarkan di daerah mayoritas muslim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun