Ayah aku rindu. Rindu akan nasehat darimu. Iya nasehat yang Ayah berikan setiap pagi hari untuk anakmu saat minum kopi. Ayah, walaupun ayah seorang yang biasa saja tapi nasehat mu ayah sama dengan yang yang bergelar Doktor. Ayah aku rindu akan teleponmu, yang selalu mengingatkanku dan menasehatiku.Â
Ayah maafkan aku yang kadang-kadang merasa kesal akan teleponmu, yang mana aku merasa seperti anak kecil saja sebab ayah selalu meneleponku. Tapi sekarang ayah, aku rindu sekali akan telepon darimu. Namun, semua kerinduan ini tidak bisa terobati lagi selain do'a di setiap sujudku untukmu Ayah.
Ayah sekarang anakmu ini rajin shalat. Ayah. mungkin ini do'a dan usahamu dulu saat aku kecil yang selalu merengek untuk selalu ikut ayah pergi ke masjid. Walaupun ayah larang tapi aku tetap mau ikut dan ayah selalu mau mengajakku dan tidak pernah membuat aku kecewa. Ayah. Terimah kasih sudah hadir dalam hidupku dan sudah menjadi bagian terindah dari hidupku. Ayah terserah orang mau bilang aku anak seorang penjual kelapa yang  memakai sepeda ontel. Tapi anakmu ini ayah selalu mempunyai mimpi besar dan tidak pernah putus asa. Sebab ayah selalu menasehatiku untuk selalu sabar sabar, dan sabar serta terus berusaha dan berdo'a.
Ayah masih ingatkah saat aku menangis untuk di antarkan ke sekolah. Padahal saat itu hujan disertai badai. Ayah dengan tegar mau mengantarkan aku ke sekolah. Ayah. aku masih ingat saat ayah menjemput aku ke sekolah. Saat itu ayah aku sangat bahagia karena uang jajanku untuk ongkos bus sekolah sudah habis. Dalam hatiku bergumam ayah. Aku bahagia punya Ayah yang mempunyai pengertian begitu  besar sama anaknya. Ayah seandainya waktu bisa terulang aku ingin sekali selalu bersama Ayah. Walaupun Ayah seorang petani aku bahagia Ayah jadi anakmu. Ayah, You are my hero
Ayah engkau selalu mengajakku  untuk bekerja keras dan tidak putus asa. Ayah, masih ingatkah saat aku merengek dan menangis minta kuliah ke Banda Aceh. Ayah tidak kasih izin sebab Ayah tidak punya uang. Dan aku tetap bersikeras untuk kuliah. Ayah, maafkan anakmu ini yang belum mengerti maksud dari hatimu.
 Ayah, sebenarnya aku tidak tega melihat Ayah dengan kondisi ekonomi yang susah saat itu. Sebenarnya aku maklum Ayah dan harus menerima kenyataan. Tapi Ayah, mimpi aku terlalu besar untuk di kuburkan. Ayah, aku kuliah itu hanya untuk membuktikan sama orang-orang bahwa anak Ayah ini bisa juga kuliah di kampus elit. Ayah saat itu, saat Ayah memberikan aku uang ongkos ke Banda Aceh.Â
Hati ini sebenarnya ayah menangis tapi aku malu Ayah kelihatan sedih di depan  Ayah. Karena aku saat itu sudah mau menjadi anak kuliah sehingga malu menangis di depan Ayah. Padahal, Ayah. Pas aku sampai di Banda Aceh aku menangis Ayah. Dan saat itu hanya Aku dan Allah swt yang tahu Ayah. Ayah aku bisa selesaikan kuliahku. dan anakmu ini yang kata orang-orang masa depan suram akhirnya sudah menjadi sarjana. Ayah. Walaupun engkau seorang petani aku tidak malu mengakui bahwa aku di didik dari  seorang petani. Ayah, you are the great men
Ayah, tahun ini adalah tahun ke empat aku merayakan lebaran tanpa ayah. Walaupun tidak ada ayah aku dengan saudar yang lain tetap saling memaafkan dan tidak lagi bertengkar seperti saat masih anak-anak dulu. Ayah suasana rumah tetap kurang sebab ayah sudah tidak ada lagi bersama kami.
Ayah. Aku dan kakak selalu pergi ziarah kubur ayah. Dan aku selalu membaca surat yasin dan mendo'akan ayah. Ayah. Cuma itu yang bisa aku persembahkan untuk ayah. Ayah. aku rindu akan ketawa ayah dan nasehat dari ayah. Ayah, engkau adalah seorang ayah terbaik dan selalu menyayangi keluargamu. Ayah, engkau selalu mau membeli mainan lebaran untuk aku dan adik. Padahal, sekarang aku menyadari ayah bahwa itu semua sebenarnya sia-sia dan ayah bisa tidak beli. Tapi ayah selalu beli supaya anakmu  ini tidak malu dengan teman-teman yang lain.
Ayah. Anak-anak dari kakak yaitu cucumu sekarang sangat lucu-lucu dan ibu sangat menyayangi mereka ayah. Ayah. Semua engkau tenang di alam kubur sana. Ayah, aku rindu dan benar-benar rindu sama ayah. Ayah, saat ini, saat menulis tulisanmu ini aku sedang menangis dan selalu menetes airmata. Ayah aku menulis tulisan ini supaya cucumu nanti tau bahwa mereka menpunyai kakek yang luar biasa yang bisa mendidik ayah dari mereka yang kuat dan tidak mudah menyerah.
Ayah, dulu saat aku sekolah, aku sering minta di belikan buku baru. Dan ayah dengan senang hati dan yakin bilang akan dibelikan. Ayah, seandainya aku tahu sulitnya mencari uang mungkin tidak akan meminta banyak sama Ayah. Sebab sekarang aku baru tau bahwa kehadiran Ayah adalah segala-galanya.Â