Kopi dalam keluarga kami menjadi prioritas sebab ayah adalah seorang penyuka kopi. Setiap pagi setelah sarapan, ayah selalu minum kopi yang telah di sediakan oleh ibu. Sudah tradisi orang Aceh kebanyakan termasuk  Ayah saya. Kata Ayah, belum pas kepala kalau belum minum kopi. Jadi, lucunya di rumah jika tidak ada gula atau kopi bagaikan tidak ada kehidupan artinya ayah bisa menunda pergi ke kerja kalau belum minum kopi.
Saya dan adik kadang-kadang minta kopi punya Ayah. Dan Ayah dengan senang hati mau membaginya. Dan ibu juga minta kopi punya Ayah sehingga kopi ayah jadi setengah gelas. Jika saya dan adiknya mau minta banyak dilarang kata ayah kalau banyak kali minum kopi hitam hati kamu nanti.
Dengan sikap ayah yang mau berbagi kopi. Itu menandakan bahwa ayah bukan tipe  ayah yang sosok jaga wibawa sehingga saya dan adik berani minta sesuatu walaupun permintaan anak-anak lain yang sebaya kami tidak berani mengungkapkan. Akan tetapi hubungan kami dengan ayah bak teman yang tidak malu-malu mengungkapkan apa yang ingin kami mau berdua.
 Minum kopi sudah menjadi orang Aceh. Buktinya adalah banyaknya warung kopi di setiap sudut desa yang ada di Aceh sehingga Aceh menjadi julukan daerah 1000 warung kopi. Selain di warung kopi orang Aceh minum kopi. Minum kopi juga ada di rumah orang yang sedang melakukan kenduri atau pesta pernikahan. Jadi minum kopi adalah menu utama minuman orang Aceh. Dan jika tidak ada kopi tidak ada kenduri alias orang yang melakukan pesta pelik sekali, kata mereka.
 Bagi orang Aceh khusus orang-orang tua  tidak tau jenis kopi yang diminum, akan tetapi setiap  pagi harus minum kopi seperti ayah saya.  Mungkin bagi mereka yang penting dapat minum kopi. Sebab dengan minum kopi maka kehidupan akan kembali berputar dan dunia seperti terlahir kembali. Oleh karena itu, kopi adalah minuman yang penting bagi orang Aceh.
Inilah yang menjadikan  kopi adalah satu-satunya minuman yang paling di sukai di Aceh. Wajar saja seorang pahlawan nasional yang berasal dari Meulaboh Teuku Umar Johan Pahlawan ingin pulang ke kampung halamannya Kota Meulaboh hanya untuk minum kopi.Â
Kata Teuku Umar saat beliau mau ke Ke meulaboh" loen singoh bengoh jiep kupie di Meulaboh ato loen mati syaheed" artinya Besok Pagi saya minum kopi di Meulaboh atau saya Mati syahid. Jadi minum kopi bagi orang Meulaboh sudah menjadi tradisi turun temurun dan indah sekali.
Warung kopi di Aceh sudah menjadi tempat diskusi dari hal-hal kecil sampai hal-hal politik. Oleh karena itu, jika Anda mempunyai suatu survei tentang kepala daerah misalnya. Silakan Anda tanyakan sama orang- orang yang duduk di warung kopi. Karena di warung kopi sudah ada pengamat sekaligus masyarakat biasa. Jadi, sebenarnya mudah bagi kelompok organisasi untuk mencalonkan seorang calon kepala daerah.Â
Sebab lemparkan saja diskusi kepala daerah yang mau di calon di warung kopi. Kalau semua menyatakan senang dengan kepala daerah yang di diskusikan tadi maka dapat dipastikan menang. Dan jika tidak jangan harap di calonkan sebab itu sudah pasti kalah dalam pemilihan nanti. Karena tidak bisa di pungkiri bahwa warung kopi adalah tempat yang krusial dan sangat penting dalam masyarakat Aceh.Â
Oleh karena  itu, jangan heran jika yang menang menjadi bupati atau kepala daerah di mulai dari diskusi warung kopi.
Ada cerita dari Ayah saya bahwa bagaimana cara orang-orang Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dulu merekrut masyarakat kampung. Jadi, caranya sangat mudah mereka GAM hanya bermodalkan satu teko kopi, lalu melakukan diskusi di tempat pertemuan di kampung. Dan disitu baru dilakukan perekrutan anggota.