Mohon tunggu...
Nasrul
Nasrul Mohon Tunggu... Guru - nasrul2025@gmail.com

Pengajar sains namun senang menulis tentang dunia pendidikan, bola dan politik, hobi jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Aku Sudah Tak Betah Tinggal di Indonesia?

13 Oktober 2016   17:43 Diperbarui: 13 Oktober 2016   19:21 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                            foto (sumber. Pribadi)

 Kadang nasib itu tidak memihak kepada kita yang mungkin belum beruntung atau tidak beruntung sama sekali.karena kita bukan hidup di negara maju namun di negara yang penuh teka-teki yang mana bagi kamu yang mempunyai kenalan maka kamu akan segera mendapatkan pekerjaan. Sedangkan kamu yang tidak mendapatkan pekerjaan banyak-banyaklah ulus dada saat melihat temanmu atau saudaramu sendiri yang mempunyai kenalan begitu mudahnya mendapatkan pekerjaan. Kamu mau protes memang kamu punya apa. 

Beking? Uang? Pak penguasa ? atau stokholder yang berwenang. Mana bisa itu kan hal sepele tidak mungkin mereka mau menerima laporan kamu karena kamu sudah rakyat kecil dan tidak mempunyai uang lagi. Sedangkan kecurangan itu sudah biasa kali….!

Hidup di negara yang memiliki kekayaan yang melimpah dan hanya dinikmati oleh negara yang pernah menjajah kita dulu atau mereka yang cuek. sedangkan di saat yang sama pahlawan kita sedang berjuang mati-matian mempertahankan Tanah Air dengan hanya menggunakan senjata rampasan perang. Dan tidak sedikit yang meninggal namun sangat banyak dan banyak sekali. 

Seandainya Pahlawan kita hidup kembali mungkin mereka menangis tersendu-sendu melihat anak bangsa dengan begitu mudahnya memberikan hasil alamnya kepada mereka yang mungkin pernah ketawa saat melihat pahlawan kita kentar kentir menghindari bom dari pesawat penjajah, meriam tank canggih saat itu. Dan senapan mesin yang begitu mudahnya menembus tubuh dari pasukan yang mempunyai cita-cita mulia yaitu kemerdekaan Indonesia dan mempunyai hati yang sangat ikhlas untuk menyumbangkan nyawanya demi negara ini. Namun apa yang bisa dibuat oleh anak bangsa. Mereka hanya bisa melihat saudaranya korupsi mau menegur tidak enak karena dia atasan atau manusia yang di tuakan. Sudah jangan menagis waktu kita masih panjang mungkin. Atau sangat pendek?

71 kemerdekaan bukanlah waktu singkat untuk lebih dewasa. Bukankah umur manusia rata-rata meninggal di umur 61. Sebenarnya negara dan bangsa negara sudah lebih dari sekedar dewasa mungkin sudah sangat tua.

Kita tahu begitu susah para pahlawan merebut kemerdekaan dari penjajah akan tetapi kita masih melawan hati nurani sendiri dengan tidak peduli dengan nasib bangsa atau mungkin tidak mau tahu. Karena sudah merasa berkuasa dan mempunyai banyak harta dan kekuasaan yang tinggi.  Padahal semua kita ini satu Nusa satu Bangsa dan satu Negara, namun kenapa masih ada pemisahan kelas antara si-miskin dan si-kaya. Bukankah parah perjuang mewarisi bangsa kepada Anak bangsa bukan kepada penghianat Bangsa yang dengan mudah menguras hasil Negara tanpa harus peduli dengan kehidupan bernegara.

Dan perlu di ingat bagian dari warisan pahlawan hanya kepada bangsa bukan kepada manusia Asing yang tidak berjasa kepada Negara ini. Aku tahu Aku hidup di negara makmur , namun Aku juga sadar bahwa kehidupan di negara ini sangat sulit. Sulit mendapatkan pekerjaan, sulit mendapatkan keadilan dan begitu mudahnya mereka yang besar bermain proyek dan begitu mudahnya mereka juga melakukan rekayasa proyek yang seharusnya kualitas nomor satu diganti dengan nomor 5 mungkin tidak bermerek atau hanya merek Palsu atau Kw!0.

Sekarang Anak Bangsa hanya sekedar jadi penonton di negeri sendiri. Hanya jadi penghayal seandainya aku jadi koruptor mungkin aku pernah merasakan hidup mewah seperti mempunyai jet Pribadi. Walaupun suatu saat dipenjara Aku tidak peduli yang penting Aku sudah pernah merasakan uang negara di tempat  Aku pernah lahir di sini di Negara Republik Indonesia

Aku sempat merasakan ingin mati saja. Karena sudah bosan dengan kehidupan yang dimana-mana ada pungutan liarnya dan bagi mereka yang mengabdi kepada negara merasa biasa saja. Mungkin mereka tidak berpikir kepada rakyat kecil yang tidak mempunyai uang untuk memberikan Pungutan liar karena memang tidak niat namun resiko begitu besar akan terjadi dan para pegawa itu akan tidak peduli yang tidak mermberikan pungutan liar kepada pengabdi Negara

Aku Akui rakyat kecil sangat lemah mungkin lebih lemah dari ikan yang hidup di darat yang kapan saja bisa mati atau bisa kembali meloncat kedalam air.

Penguasa bilang kami akan melakukan sebaik mungkin. Namun kenyataannya semua bagian dari pelayanan pemerintah ada korupsi dan mereka tidak pandang bulu miskin kaya sama saja. Dan lucunya yang kaya enak sedangkan yang miskin pontang panting membayar pungutan yang seharusnya tugas mereka.

Jika kamu yang belum beruntung atau menerima kenyataan ketidakadilan di matamu silakan menangis dan terus lah menangis karena hanya itu yang bisa kamu lakukan. Karena jika kamu melapor kepada polisi atau mengikuti sidang yang membayar pengacara maka kamu akan lebih sakit. Karena kita yang manusia kecil dan penguasa kita hanya objek saat-saat PILKADA dan hanya saat itu kita jadi raja atau sebutannya RAJA SEHARI. 

Setelah itu jangan pernah harap dapat berdiskusi dengan mereka. Karena jangankan berdiskusi, mereka yang sudah kita pilih begitu sombongnya tidak mau melihat kita. Itu tidak asing bagi kita. Oleh karena itu kesadaran perlu ada di dalam diri kamu. Dan sudah saatnya kamu ikhlas untuk dicuekin, untuk ditelantarkan, untuk dicurangin, untuk di korupsi dan nasehat Aku banyak-banyah berdo;a saja.

Bukan keputus asaan yang Aku ungkap namun kenyataan negeri ini yang belum selesai masalah korupsi, nepotisme dan kolusi. Aku mau bilang aku menyesal lahir dan Aku membenci Indonesia akan tetapi entah kenapa Aku masih mencintai Indonesia. Aku tidak tahu. Mungkin ini cinta pertama atau tidak ada cinta lain di dunia ini. 

Dan itu tidak penting karena Aku bangga menjadi warga Negara Indonesia. Negara Hukum yang mana yang berkuasa dapat mengotakin semua kasus di peradilan asalkan ada fee atau uang jaminan yang jumlahnya fantastis dan tidak begitu mau bagi rakyat miskin yang melihat. Seandainya Aku punya uang sebanyak itu mungkin Aku tidak miskin lagi.

Aku mau menangis namun Aku tidak bisa lagi. aku mau senyum namun senyum Aku palsu. Aku mau bicara suara aku sudah habis mungkin dan aku mau bicara dengan presiden dan itu tidak mungkin. Aku tahu ini bukan waktu aku untuk curhat namun semua orang yang disana atau yang di penjuru Ibu Pertiwi sudah seharusnya sadar bahwa kita satu Nusa, satu Bangsa dan satu Negara. 

Kenapa kita masih menjatuhkan manusia di antara kita sebenarnya kamu yang mau apa orang yang mempunyai banyak uang. Oa mungkin didalam diri kamu ada bibit penjajah yang ingin menjajah saudara se-Bangsa sendiri. Berarti kamu lebih kejam daripada singa yang selalu menjaga kaumnya atau contoh lain semut yang selalu bergotong royong.

Aku tahu kita sulit berbenah namun kamu tahukan cara membuat Negara ini lebih makmur? Tahu dong Aku kan pemimpin kamu yang bijaksana dan selalu di elu-elukan oleh pendukungku. bukan kami rakyat kecil yang selalu menjerit mencari makan hanya untuk hidup sehari dan belum tentu besok dapat makan pagi atau satu hari tidak makan. Padahal aku punya pemimpin yang sangat baik. Aku tidak tahu dimana baiknya pemimpi itu. Buktinya Aku harus berjuang di dalam kesendirian untuk tetap berada di Negara tercinta Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun