Nasrudin Joha - Rezim terlihat kalang kabut, manuvernya kusut, dipepet waktu yang tinggal beberapa hari lagi hari coblosan. Survei abal-abal diterbitkan, elemen Islam dibenturkan, fitnah sana sini, semua alat negara digerakkan. Tapi, apakah itu mampu mendongkrak elektabilitas rezim ?
Tidak ! Urat takut rakyat sudah putus, intimidasi dan tekanan menghasilkan perlawanan bukan ketakutan. Fitnah, tudingan dan adu domba memicu pembelaan, pembelaan pada kebenaran dan keadilan.
Jangan sudutkan kucing kedinding, bisa mencakar dan melawan. Rezim telah gagal 'merawat ketakutan umat' dengan terlalu over menggunakan tekanan dan intimidasi. Justru, tekanan dan intimidasi rezim menghasilkan militansi dan perlawanan.
Bagi umat, ini bukan lagi pertarungan 01 dan 02. Ini pertarungan antara umat dengan rezim zalim yang menindas, yang secara sombong menyepelekan aspirasi umat.
Umat ditekan, awalnya lemah. Tapi seiring tekanan yang bertubi, umat tidak lagi menghiraukan. Cukup sudah, tumbal rezim terhadap ulama dan para aktivis Islam. Umat sudah menyiapkan diri untuk menjadi martir, mengikuti apa yang telah ditunjukan para ulama mereka.
Karenanya, keliru jika upaya diakhir hayat rezim ini akan menimbulkan elektabilitas. Baik karena ketakutan umat, apalagi empati umat. Umat, sudah muak terhadap rezim dan mengambil pilihan melawan dengan segala konsekuensinya.
Karena itu, pilihan yang tersisa bagi rezim adalah berbuat curang. Dan, inipun akan mendapat penentangan umat, karena mata, telinga, dan hati mereka mampu untuk mengindera apa yang terjadi.
Curang, akan menjadi penanda hilangnya kekuasaan rezim secara hina. Sebab, kecurangan tanpa legitimasi justru akan menimbulkan perlawanan tak berkesudahan.
Curang juga akan menimbulkan revolusi penentangan yang lebih dahsyat, karena curang laksana bensin yang disiramkan pada api amarah umat yang kian memuncak. Karena itu, wahai rezim represif dan anti Islam, menyerahlah !
Setidaknya, jika kalian menyerah dan mengaku kalah. Menyerah dan tidak melakukan kecurangan, menjadi pertimbangan bagi umat untuk memaafkan dan tak mengambil pilihan pembalasan. Karena itu, menyerahlah wahai rezim ! [].