Mohon tunggu...
Nasruddin Leu Ata
Nasruddin Leu Ata Mohon Tunggu... Lainnya - Pengangguran Berbakat

Menulis apa saja yang jauh lebih matang dari kesepian

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bak Drama India, Pilkada Jateng Banyak Plot Twistnya

30 Juli 2024   11:06 Diperbarui: 30 Juli 2024   12:02 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bollywood India adalah counter alamianya hollywood di perfiliman dunia dengan sajian cerita yang berbeda. Ketika hollywood pada setiap akhir cerita selalu tentang prestasi dan seleberasi hidup. Drama bollywood justru menyajikan kisah yang tidak selalu tentang bahagia (Happy Ending) di akhir cerita melainkan ada yang dipatahkan, disakiti, dan dieleminasi. 

Berbeda juga dengan hollywood yang individual, bollywood selalu dengan kebersamaannya; Satu orang jatuh cinta, satu kampung ikut menari bahagia.

Dan seperti itu pula drama politik Jawa Tengah hari ini menjelang pendaftaran bakal calon Kepala Daerah provinsi hingga kabupaten/kota. Pertaruhan menjadi sengit karena Pilkada Jateng melibatkan dua kekuatan besar politik yaitu Jokowi dan PDIP. 

Mengingat Jawa Tengah merupakan simpul kekuatan Partai PDI Perjuangan dan Jokowi secara tidak langsung adalah caunter alamia dari hegemoni Partai Merah itu di Jawa Tengah.

Tentu Pilkada serentak 2024 ini juga adalah bagian dari kisah besar drama Pilpres sebagai session awal cerita. Kemenangan atas Prabowo-Gibran menjadi tragedi untuk PDIP namun peluang bagi Jokowi dalam upaya menyetet ulang alur politik dikandang banteng tersebut.

Babak Pertama: Penjaringan Bakal Calon

Seperti drama India pada umunnya, pasca tarian goyang gemoy Pilpres aktor-aktor baru mulai bermunculan. Dan mayoritasnya adalah mereka yang belum pernah berkontestasi di Pilgub Jawa Tenngah. 

Maret 2024, Lembaga Survei ARCHI Research and Strategy menyatakan mantan wali kota Semarang Hendrar Prihadi memiliki elektabilitas tertinggi yaitu 23,21 persen.

Posisi kedua di isi oleh Muhammad Yusuf Chudlori atau Gus Yusuf, Ketua DPW PKB Jawa Tengah (16,07 persen), di bawanya ada mantan Bupati Kendal Dico Ganinduto (13,39 persen), dan Ketua DPD Gerindra Jawa Tengah yang juga anak ideologisnya Prabowo Subianto, Sudaryono (10,71 persen).

Nama Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen pun masuk pada posisi ke lima (7,14 persen). Di bawanya Taj Yasin ada Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul (6,25 persen), dan eks Menteri ESDM Sudirman Said (5,36 persen).

Di luar nama-nama yang sudah beredar diawal survey awal di atas, melalui sekretaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Juliyat pihak Golkar melirik Kapolda Jawa Tengah Irjen Ahmad Luthfi sebagai bakal calon. Kendati sudah ada nama Dico di suvery itu yang merupakan politisi Golkar.

Pertaruhan Rekom dan Cawe-Cawe Jokowi

Setelah keterangan dari Sekertaris DPD Golkar Jawa Tengah itu. Nama Pak Lutfi kemudian masuk dalam bursa Pilgub Jawa Tengah.

Selain faktor jabatannya sebagai Kapolda, Lutfi juga terkenal sebagai orang dekatnya Pak Jokowi dan tak bisa dipungkiri bahwa Kapolda Jateng itu adalah kewan karibnya Jokowi.

Kendatipun masuknya nama Lutfi dalam bursa Pilgub Jateng masih belum menggesarkan posisi Hendrar Prihadi sebagai yang teratas dalam survey. Di sisi lain justru terjadi ketegangan antara Lutfi, Dico, dan Sudaryono dalam pertaruhan rekomendasi partai.  

Ditengah ketegangan itu, nama Kaesang yang di gadang-ganda maju di Pilgub DKI justru masuk dalam bursa Pilgub Jawa Tengah dengan servey tertinggi. Dan mungkin satu trategi untuk mengcounter nama Hendrar (PDIP) yang selalu teratas dalam setiap survey sekaligus meredam ketegangan yang terjadi.

Lalu dimana posisi Pak Prabowo? Bukannya ada nama Sudaryono, anak ideologisnya yang juga maju di Pilgub?  Jawaban cepat yang bisa diambil sementara adalah politik cari aman. Kenapa? Karena Jawa Tengah adalah pertaruhan interen Jokowi efek dan PDIP, dan juga Prabowo masih membutuhkan Jokowi efek untuk periode keduanya.

Kecerdasan Akrobatik politik Jokowi sebagai sutradara, merubah alur cerita politik Jawa Tengah dengan cepat. Kejutan demi kejutan datang mengehebohkan media dan publik. Kalau kata orang-orang partai,"politik itu dinamis."

Artinya perubahan peta politik menjadi suatu keniscayaan bagi setiap kekuatan politik untuk tukar tambal posisi dari besarnya benefit politik yang dapat diraih. Situasi seperti itulah yang oleh Akademisi menyebutnya Politik Transaksional.  

Dari bakal calon Pilgub, Bupati Kendal Dico Ganinduti justru diusung Partai Golkar dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) untuk maju pada Pilkada Kota Semrang 2024. Kamis 19 Juli, Sudaroyono dilantik sebagai Wakil Mentri Pertanian dan Senin, 22 Juli Lutfi kemudian mendapat dukungan dari Gerindra untuk maju dalam kontestasi Pilgub Jawa Tengah.

Kendati penetapan wakil belum ada tanda-tanda pasti. Kemungkinan hanya akan ada dua paslon dari dua kekuatan politik Lutfi (Jokowi) versus Hendrar ( PDIP). Dan akan ada banyak kejuatan lagi di bulan Agustus sekaligus membuka babak kedua dan ketiga dari drama besar Politik Jawa Tengah.  

Apakah Lutfi akan mengandeng Kaesang, dan PDIP tetap merekomendasikan Hendrar? Atau jangan-jangan Hendrar akan tereliminasi dibabak akhir menjelang pendaftaran dengan barbagai alasan, sehingga akhirnya hanya ada satu paslon?

wallahualam bishawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun