Mohon tunggu...
M. Nasir Pariusamahu
M. Nasir Pariusamahu Mohon Tunggu... Penulis - -

Saya Manusia Pembelajar. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ekspresi Ibu Kota

7 September 2020   08:44 Diperbarui: 7 September 2020   08:31 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jakarta tanpa nafas
Semua orang bermuka masam

Gas metropolitan hening berduka
Percakapan menjadi bisu

Semua orang membawa maut
Di tol ada airmata
Di tambak ada mata air

Ibukota lesu
Wajahnya tambah tua
Perawan jelitanya telah direnggut
Tertekan duit dan kekuasaan

Suara merdu dibungkam masker berlipat
Badan tubuh disirami minyak sanitizer
Kemudian tisu tipis mengafaninya

Ibukota lemas tak berdaya
Arakan hipnotisme konspirasi merajalela
Memercik kebohongan fantasi di papan-papan reklame.

Rakyat jadi dungu melihat pesta di gedung-gedungnya sendiri.
Sedangkan, pengemis dilarang berdagang di lampu merah.
Katanya sosial distancing, nanti masuk sel 1000 tahun.

Jakarta, 6 September 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun