Mohon tunggu...
M. Nasir Pariusamahu
M. Nasir Pariusamahu Mohon Tunggu... Penulis - -

Saya Manusia Pembelajar. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

FLP Maluku Menggali "Kota Ilmu" bersama Penulis 60 Buku

29 Juni 2018   08:52 Diperbarui: 29 Juni 2018   09:04 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat kunjungan dinasnya ke salah satu kabupaten di Maluku pekan ini. Yanuardi Syukur, namanya, menempatkan diri untuk bertemu sapa (baku dapa)  dengan para penulis dari Forum Lingkar Pena (FLP) Maluku di Ambon tadi malam.

Baku dapa (baca: silaturahim) ialah perekat hati manusia guna saling kenal satu sama lain. Sebab, Allah telah menciptakan keadaan manusia yang berbeda, baik secata ras, agama, kulit dsj untuk saling kenal dan menguatkan serta memberikan warna bagaikan pelangi. 

Bang Yanuardi biasa disapa adalah seorang penulis produktif sejak tergabung dalam dunia literasi tahun 2001 bersama Forum Lingkar Pena. Akademisi dua kampus (UI dan Unkhair) ini sudah banyak menelurkan buah karyanya. Tak tanggung-tanggung, pria kelahiran 1982 ini telah menerbitkan buku sebanyak 60 buah dalam berbagai genre yang berbeda.

Selain aktif dalam literasi, beliau juga adalah peneliti, konsultan dari beberapa kementerian, sebut saja Kemendikbud, Kemenhan. Beliau juga sangat berelaboratif dalam berorganisasi baik tingkat daerah, nasional dan internasional. Salah satunya menjadi Ketua Muslim Exchange Program. Masih banyak lagi deretan prestasinya.
Banyaknya manfaat dan tinggi jejak karya itulah mendorong FLP Maluku menggelar ngopi (ngobrol perkara ilmu) dengannya.

Walau hujan yang mengguyur Ambon sejak pra Ramadhan, tak menyurutkan punggawa literasi datang guna mencari inspirasi dari balik tembok ide. Ide merupakan sebuah karunia Allah yang dititipkan kepada hambaNya yang alim dan sholeh. Kombinasi ide bermutu dan keshalehan manusianya menjadi kohesi dalam menciptakan produk kekaryaan yang berkualitas. Perpaduan itulah akan dieksplore saat pertemuan.

Mengawali pembicaraan, dosen Antropologi itu menyampaikan," kita sebagai anak muda harus berani dan memiliki nyali bermental juara, tak pantang menyerah." kita bukan dilahirkan dari rahim orang kaya. kita anak-anak pantai yang tumbuh dengan deburan ombak. Situasi itulah telah menjadi karakter kehidupan. Maka, tak pantas, kita mengeluh kesah akan apa tengah dijalani."

Penyampaiannya mengingatkan akan sebait ungkapan Imam Ghazali yaitu kalau kamu bukan anak raja, bukan pula anak ulama besar, maka menulislah. Senada dengan itu, mantan ketua FLP Sulsel dan Ternate menguraikan," mulailah menulis dengan hal-hal sederhana. Dimulai dengan kisah-kisah pribadi, status di medsos, hikmah kehidupan, bahkan tugas kuliah bisa dijadikan buku." Kata Rowling, penulis Harry Potter," menulislah tentang pengalaman dan perasaan dirimu dulu."

Ketika ditanya soal bagaimana menjadi penulis yang produktif oleh Bakri, ayah empat anak menjabarkan," pertama, berbeda. Setiap penulis punya gaya tulisan yang tidak sama. Ketidaksamaan tersebut harus menjadi brandnya. Tentu dalam hal ini, penulis harus punya kepercayaan diri yang kuat. Kedua, berselera. Seperti makanan. 

Menu yang kita siapkan untuk tamu atau pembeli harus benar-benar lezat. Agar mereka tidak berpaling ke lain hati. Olehnya itu, penulis punya kepekaan tinggi terkait selera dan gaya para pembaca. Rajin-rajinlah up date info terbaru, buku-buku best seller, dsb agar tulisan kaya akan khazanah. Ketiga, berdaya guna dan tahan banting. Semua berawal dari niat. Kemudian mengalir di hati dan pikiran. Hal ini mengisyaratkan bagi kita, dalam menulis biarkanlah idemu mengalir menemukan pintu rejekinya. Bukan sebaliknya. Sebab, menulis itu pekerjaan keabadian.  Biarkan orang menggali kota ilmu dan menjadikan setiap lembaran catatan sebagai pintu kebaikan. Juga, janganlah berfoya akan pujian, tidak juga anti kritik."

Hujan masih saja meniduri badan jalan. Masih becek. Percakapan di ruang kaca itu masih berlanjut.

"Lalu, bagaimana caranya menulis dengan baik?"sahut Ila.

"Banyak baca. Banyak baca kita akan tau banyak hal. Sekarang sarana baca sudah banyak. Baik lewat media sosial, perpustakaan keliling, rumah baca dsj. Budaya baca akan melahirkan ribuan kosakata. Seumpama mobil, kosakata ialah bensinnya. Bagaimana mungkin, mobil mau jalan tanpa bensin. Lalu, apa jadinya mau nulis tanpa pembendaharaan kosakata yang baik. Ungkapan lain, menulis adalah proses memanggil kata untuk bersatu frase. Selanjutnya, menulislah sesuai minat. Anda punya minat menulis apa? Kalau senang menulis aspek wisata atau budaya, ya tulis aja itu. Intinya jangan memberatkan diri dengan menulis. Menulis itu buat bahagia bukan buat susah. Terakhir, fokus. Tanpa hal ini, semua orang akan gagal."

Tukaran ide yang begitu dingin membuat diskusi tersebut melalang buana kemana-kemana. Ada dua hal yang ketika bertemu orang lain yaitu salam dan bersilaturahim. Keduanya tak boleh dianggap sepele.

Pengalaman berjumpa dengan orang-orang sukses juga perlu diabadikan, apalagi dalam dunia era digital, kan di Facebook contohnya setiap tahun ada iklan perayaan pertemanan. Nah, foto-memfoto telah tertradisi. So, hal itu pun berlanjut hingga foto ini terbentuk. Ini semua cerita berepisode.

Masih banyak yang perlu ditanyajawabkan. Namun, jam malam telah memanggil. Terima kasih sudah membaca keseluruhan alur kisah ini tanpa wejangan kopi hitam dan pisang lumpur coklat. Ini bukan hitam putih.

"Satu kata tentang FLP?"

"MENULISLAH," kata pria asli Sumatera ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun