Mohon tunggu...
M. Nasir Pariusamahu
M. Nasir Pariusamahu Mohon Tunggu... Penulis - -

Saya Manusia Pembelajar. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfat untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"The Power of Kepepet"

4 Desember 2017   15:42 Diperbarui: 4 Desember 2017   15:47 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak tugas, seabrek amanah, sibuk bawa capek. Tugas jadi terbengkalai, waktu terbuang percuma, tubuh jadi lunglai. Mata tak tahan lelah. Badan pun terlunjur ketika bulan sedang bernyanyi.

Tapi jangan khawatir, sebanyak apapun tugas itu, pasti on time juga terselesaikan kan? Yah. Walaupun ada catatan-catatan kecil bertinta merah. Tetap saja akan menjadi angin lalu. Terpenting adalah tugas diselesaikan. Walau injury time didepan mata, wajah tetap segar menghadap sang "juru nilai".

Benar kata orang, manusia itu tempat segala khilaf bin salah. Tak jarang kita temukan, manusia yang sudah salah, tak mau kalah.

Kembali ke soal judul, dalam teori manajemen, kita kenal ada tahapan-tahapan dalam memulai sebuah "gagasan baru". Mulai melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengontrolan hingga  evaluasi sebagai tahap akhir.

Itu teori murni manajemen. Namun dalam realita, kita temukan skala manajemen kontekstual. Manajemen yang terbentuk karena sebab atas fakta tertentu. Faktanya, manajemen penjelasan paragraf keempat kadang dianggap kaku dan terlalu ruwet.

Sehingga lahirnya, konsep-konsep manajemen yang bukan berorientasi pada proses, melainkan pada hasil. The powerofkepepet salah satunya.

The Power of Kepepet, Apa Itu?

Model manajemen ini ada karena manusia hidupnya suka tergesa-gesa. Suka pangku tangan. Tak mau hidup bertahap. Maunya sekali lahap. Asal sampai.

Makanan saja kalau sekali lahap, akan berakibat fatal pada proses pencernaan. Apalagi, jika sebuah tanggung jawab yang sering tertunda-tunda karena tidak memprioritaskannya. Sedikit demi sedikit, lama-lama jadi banyak.

Salah satu postingan di facebook, "menunda wisuda artinya menunda satu langkah masa depan. " Jika kita menarik penjelasan dari ide status ini, kita akan menjadi manusia sadar, yang hidup karena tau tujuan hidup. Bukan hidup hanya tau sekedar makan dan tidur. Kata Buya Hamka,"Kalau hidup sekadar hidup, Babi di hutan pun hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, Kera juga bekerja."

Manajemen of kepepet, bukan hadir karena kantong kering. Bukan pula karena terkendala waktu dan kapasitas. Melainkan karena waktu yang disediakan cukup banyak, tetapi tidak konsisten dengan nasehat waktu.

Dalam hal ini, waktu kita banyak digunakan untuk menghitung hasil daripada mengkalkulasikan proses. Olehnya itu, sedapat mungkin kita mengantisipasi jenis manajemen ini dari diri kita. Kalaupun ada janganlah benar-benar kepepet. Istilahnya, sudah jatuh tertimpa tangga pula.

Lalu apa yang harus dilakukan agar terhindar dari penyakit ini?

Pertama, rubah niat dan kembalikan energi hidup. Manusia pada masa-masa tertentu berada pada kondisi kronis. Cepat marah, kurang antusias, tidak responsif, suka ngalihkan status handphone dll.

Kondisi ini jangan sampai membunuh karakter. Sehingga menyebabkan "amnesia". Olehnya itu, cepat-cepat bangun dan bercermin. Suka atau tidak suka, zaman telah berubah. You must to changes. Move on and go!

Kedua, tingkatkan doa yang khusus kepada Sang Kuasa. Peran Tuhan dalam takdir itu sangat penting. Dialah "sutradara" alam ini. Berdoalah kepadaku, niscaya akan kukabulkan," kataNya. Masing-masing kita punya harapan-harapan privasi. Satukan asamu dengan takdirNya. Disitu, tak ada yang bisa memutuskannya.

Ketiga, tersenyumlah dengan tugas yang diberikan. Sadari, esensi tugas bukanlah beban, tetapi sebagai ujian kualitas manusia dalam amal sosialnya. Tegasnya, masalah yang datang bukan menjadikan kita kerdil pikir, melainkan menjadi batu loncatan dalam mengasah kapabilitas diri. Jika sebagai orang beriman, jadinya ingat buah dialog Fatma Pasha dan putrinya dalam film 99 cahaya di Langit Eropa. Putrinya berkata," Katakan pada masalah besar "hai masalah besar, aku punya Allah Yang Maha Besar!".

Keempat, buat perencanaan yang matang dan terukur. Tak sekedar konsep. Banyak orang yang suka bicara, sedikit saja yang bekerja, banyak orang yang bekerja, tapi sedikit saja yang produktif. Banyak orang yang produktif, tetapi sedikit saja yang konsisten. Maka, kita termasuk kategori yang mana?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun