Pernahkah anda merasa dikecewakan oleh teman anda? Atau diPHP sebab "sesuatu"? Janji ketemu, malah tak kunjung nongol. Berjam-jam anda dibuatnya menunggu. Lalu bayangannya selalu memberi kabar "maaf" sibuk.
Apa perasaan anda? Emonya pasti, wajah memerah, hati kesal, rasa-rasanya mau menjotos yang bikin kecewa. Iya kan?
Tapi ya udahlah, sampai kapanpun kata "kecewa" tak akan luput dan tercabut dari lisan manusia. Toh, jika anda berlebihan menanggapinya, anda sendirilah yang mati rasa. Akhirnya rambut cepat beruban. Wajah keriput. Sudah gitu nanti terbawa introvert.
Nah, dalam situasi seperti ini, perlu seni pengelolaan diri yang baik. Yaitu, seni mengatur dan mengarahkan diri agar tidak terjebak dalam zona merah.
Kecewa juga salah satu karakter manusia yang sangat berpotensi membuat orang kesal. Benarkan?
Buah dari kecewa tak ada yang baik. Sebab, akan menimbulkan keretakan hati yang berkesinambungan. Sekali berbuat, ingin berbuat lagi. Tak tau, apa motifnya, yang jelas, orang yang suka buat kecewa harus senantiasa bertafakkur, berapa kadar kekecewaan yang akan ditimbulkan. Jangan-jangan akibat perbuatan yang dianggap biasa ini menjadi malapetaka bagi dirinya kelak.
Rasa kekecewaan tak bisa diketahui secara langsung, tapi dari ekspresi, kita akan mengetahui seberapa besar kekecewaan itu muncul.
Tetapi, jangan khawatir, disini akan saya share sedikit, bagaimana caranya menghadapai orang yang suka membuat anda kecewa.
Beberapa pokok ide ini diharapkan bisa menimalisir hal tersebut. Diantaranya sebagai berikut:
1. Serahkan semua pada Illahi
Apa yang telah terjadi kepada kita adalah skenarioNya. Beribu-ribu tahun, sebelum manusia diciptakan, kehidupan kita telah tertulis di Lauhul Mahfudz.