///
Di atas mimbar cerdas cakap
Seakan suara mereka merdu ada rasa
Tubuh mereka bak pemain akrobat, dilipat-lipar agar dilihat sakti
Penonton dibuat tertawa yang tertawan
///
Disana-sini ada luka
Mati di sarang penyamun dengan wajah penuh duka
Setiap hari ada persunggihan kebohongan
///
Kata adik, rumah kami telah dibanjiri airmata
Dimana-mana ada orang berkelahi karena beras
Memakai peci agar dilihat orang pandai
Sampai-sampai buat diri seperti berhala
///
Kehidupan penuh kejam di kotaku
Manusia kehilangan rupa
Sampai tentang berfoto dalam kuburan
Lidah dijadikan inspirasi
///
Inilah kota, rumahku dibangun tujuh puluh dua lantai
Tepatnya dijalur perempatan banyak sudut
Rumahku sekarang di maling
Aku bertanya, "kemana genteng dan bataku dijual?
*Kuala Lumpur, 05/10/2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H