2. Kompasianer Ambon: Kita harus menyatukan paradigma pikir kita, bahwa media sosial harus terkelola dengan baik. Adapun bentuknya adalah memakai akun asli, saling menghargai pendapat, dan taat UU. Agar dunia maya tidak dianggap dunia para hantu yang senantiasa sebar berita bohong dan devide et impera.
3. Penyair Maluku: Salam par bapak menteri bahwa katong orang Maluku sangat butuh informasi. Maluku adalah soft flower Indonesia.
4. Perwakilan Kampus: mari katong sama-sama "buang muka" par kerukunan di republik maya.
Lambaian kata-kata dari peserta maupun pemateri sangat membuat kita optimis bahwa ada sebuah niat baik bersama dalam menjalani aktivitas di media sosial. Maka menulislah dengan jempol, jangan tekan entry sebelum kau baca kembali.
Buat pertemanan dengan penuh kejujuran. Bukan baperan skak hiperbola. Karena berubah itu gampang. Katakan berubah, lalu tulis di hati. Sebab berubah tak sekedar kata, tapi butuh langkah. Sehingga kita menjadi manusia rukun tanpa dibujuk.
Obrolannya terlalu panjang. Menyita waktu. Namun, sedari awal disadari sungguh, inilah waktu terbaik "Together Building Indonesian Information Society". Disini beta dengar, beta tulis, beta biking.
Pena kami adalah keyboard. Bacaan kami tak sekedar google. Info kami no HOAX apalagi baku pukul-pukul. Pesan kami mari gandong jaga damai dirumahmu. Indonesia
Tugas kita merawat Republik Maya. Memberi teladan di setiap ruangnya. Rawat batas-batasnya dengan integritas, etos kerja dan gotong royong.
Because we are Indonesia. Pela gandong, tanah putus pusa. Â One connecting for All. Harga hidup keku-kele sesama par bangun Indonesia. Jang bosan biking bae par orang. Tuhan Maha Penyayang. Pena damaikan Indonesia!
*Catatan Sosialisasi Gerakan Nasional Revolusi Mental Bagi Netizen Maluku, 15/6