Mohon tunggu...
M. Nasir
M. Nasir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Lingkungan Hidup

Hak Atas Lingkungan merupakan Hak Asasi Manusia. Tidak ada alasan pembenaran untuk merampas/menghilangkan/mengurangi hak tersebut.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pawang Sungai dan Pantangan dalam Hutan

27 November 2023   11:38 Diperbarui: 27 November 2023   11:42 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini merupakan cerita lanjutan dari tulisan sebelumnya yaitu Insting Seorang Pawang Harimau yang mengisahkan tentang insting pawang harimau. Kali ini saya akan berbagi cerita tentang Pawang Sungai dan Pantangan Dalam Hutan. Untuk tahu kenapa ada pawang harimau dan pawang hutan, baiknya teman -- teman baca dulu artikel Insting Seorang Pawang Harimau disana telah saya jelaskan perihal kegiatan saya sehingga melibatkan para pawang.

Dalam perjalanan hari kedua, rute yang kami gunakan merupakan aliran sungai dan alur. Pawang Sungai atau dalam bahasa Aceh kami sebut Pawang Krueng, berkata "sebentar lagi kita jumpa alur, saat kita melintasi alur tersebut diharapkan kaki kalian jangan pernah tersentuh air". Kamipun tidak pernah menanyakan kenapa seperti itu, karena dari awal telah sepakat jangan pernah menanyakan alasan terkait apapun perintah para pawang, termasuk perintah Pawang Krueng. Nanti dengan sendirinya beliau akan bercerita perihal larangan itu.

Sesampai kami di alur yang dimaksud, kami berhenti sejenak sambil mencari posisi untuk bisa melompat. Karena alurnya tidak terlalu lebar, hanya berkisah empat meter, dapat dengan mudah kami melompat memanfaatkan bebera batu dan balok kayu yang ada disana. Kamipun berhasil melompat dengan selamat tanpa ada anggota tim yang tersentuh kakinya dengan air.

Kira -- kira perjalanan kami telah berjarak sekitar dua kilometer, Pawang Krueng mulai bercerita kenapa kami tidak boleh tersentuh air saat melintasi alur yang tadi. Disampaikan bahwa air alur tersebut mengandung penyakit, jika terkena kaki maka kaki kita akan gatal dan luka, katanya. Kamipun mengiyakan apa yang disampaikan oleh pawang.

Sekitar pukul lima sore sampailah kami pada lokasi tujuan. Kebetulan dilokasi terdekat bekas camp pekerja tanpa penghuni. Kami mamfaatkan camp tersebut untuk menginap. Sekitar jam enam sore, kebetulan saya mulai lapar dan ingin membuat makanan. Kami bawakan sebuah belanga aluminium, kebetulan belangan tersebut masih kotor bekas masak saat kami makan siang.

Saya ambilkan belanga dan membawanya ke sungai utuk di cuci. Seperti biasanya saya mencuci belanga dalam sungai sambil mencelup ke air belanga secara keseluruhan. Tiba -- tiba terdengar suara Pawang Krueng "musibah kita". Saya baru sadar, bahwa sehari sebelumnya Pawang Krueng pernah berpesan jika mencuci belangan di sungai jangan mencelup ke air belanga secara keseluruhan. Tapi mencuci isi dalam belanga saja.

Karena sadar telah salah, lalu saya bertanya "jadi bagaimana pak", beliau hanya menjawab singkat "kita lihat saja nanti".

Perasaan bingun dan menambah kacau, rasa khawatir apa yang akan terjadi. Kemudian saya tinggalkan perasaan itu melanjutkan persiapan makan malam. Kebetulan waktu magrip telah tiba, kami shalat magrib secara bergantian karena camp yang kami tempati tidak bisa kami laksanakan shalat berjamaah.

Habis shalat magrib saya berzikir. Lantunan zikir yang saya ucap seakan disambut seisi alam dan berdengung. Saya anggap biasa saja, lagipula kami sedang berada ditengah rimba raya. Hampir menjelang waktu insya, terdengar suara petir dan gemuruh kemudian turun hujan.

Pawang Krueng berkata "inilah yang terjadi akibat melanggar pantangan". Saya berhenti berzikir, kemudian saya minta maaf kepada teman-teman karena saya melanggar pantangan. Teman -- teman hanya tersenyum, dan Pawang Krueng mengajak saya untuk melihat keluar tenda camp. Saya buka pintu tenda, betapa terkejutnya saya ketika melihat langit cukup terang penuh dengan bintang, padahal kondisi sedang hujan.

Awalnya saya anggap faktor alam, dan biasa terjadi. Saya tanya kepada Pawang Krueng, berapa lama hujan akan berhenti. Katanya, habis shalat insya insyaallah hujan akan berhenti.

Selesai shalat insya, Pawang Krueng mengajak saya keluar. Kebetulan saat itu hujan benar -- benar telah berhenti. Cukup aneh, ternyata hujan tadi hanya mengguyur lokasi camp kami, sedangkan radius dua meter dari camp kami tidak terjadi apa -- apa.

Ternyata alam punya hukumnya sendiri.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun