Mohon tunggu...
Irfan Tamwifi
Irfan Tamwifi Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

Bagikan Yang Kau Tahu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Doktrin-doktrin Aneh Penceramah Agama

4 Desember 2023   07:18 Diperbarui: 4 Desember 2023   07:26 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejak ada aplikasi Tiktok, aku sering mengisi waktu luang dengan iseng-iseng scroll video-video pendek. Aku suka skip (melewati) video-video tidak bermutu yang biasanya berisi konten joged-joged tidak jelas. Aku lebih suka video-video yang berisi motivasi, olah raga dan musik, yang itu sebabnya aku relative update terhadap ide-ide bisnis dan pengembangan diri, berita motogp hingga music-musik yang sedang trending.

Sesekali aku menyimak kajian keagamaan dari tokoh-tokoh ternama, terutama Gus Baha, Gus Miftah, Gus Muwafiq, bahkan belakang Gus Iqdam yang sedang viral. Terus terang, aku memang kurang sepakat dengan pemikiran ustadz-ustadz yang menurutku kurang luas wawasannya logika berfikirnya terlalu dangkal dan sering tidak cocok dengan konteks kehidupan sosial (tidak kontekstual) sehingga isi ceramahnya terasa terlalu dogmatis, hitam-putih dan cenderung menyalahkan praktik keagamaan orang lain, seakan dirinya sendiri yang benar. Bahkan seakan satu-satunya jalan yang benar adalah kalau mengikuti ajaran dan menjadi pengikutnya.

Aku agak terkejut ketika di berandaku lewat video ceramah beberapa penceramah keagamaan, yang bila melihat wajahnya tampak keturunan Timur Tengah, tampaknya dari kalangan habaib, ada yang muda dan ada pula yang agak tua Mereka mengajarkan hal-hal yang bagiku sangat janggal, tidak masuk akal, keluar dari ajaran agama yang aku pahami, bahkan terasa tendensius.

Berbeda dari para penceramah yang biasanya menawarkan logika berfikir yang membahas berbagai masalah aktual secara kontekstual, ceramah-ceramah orang ini boleh dibilang tidak begitu berbobot. Satu-satunya daya tarik dari mereka hanya wajahnya yang cukup ganteng dengan hidung mancung khas Timur Tengah, sedangkan isi ceramahnya sama sekali tak ada yang istimewa.

Aku memang belum tahu ceramah-ceramahnya yang lain, tapi bila melihat ceramah mereka yang lewat di berandaku, sepertinya tidak akan jauh-jauh dari yang pernah aku lihat. Yang paling aneh justeru isi ceramahnya yang menceritakan kewalian (karomah) dari beberapa habaib, entahlah, saya tidak tahu apakah yang dia ceritakan itu masih keluarganya sendiri atau golongannya.

Di antara ceramahnya, dia bilang sang habib sudah melakukan isra' mi'raj berkali-kali, bahkan sampai 27 atau 37 kali. "Waow... ajaran dari mana ini?" Gumanku dalam hati. Ada lagi yang dalam ceramahnya mengatakan bahwa keturunan Habib tertentu bisa memadamkan api neraka kalau dia mau gara-gara Habib tersebut ahli ibadah (riyadlah). "Uediaaan..." komentarku, yang sayangnya beberapa waktu kemudian komentarku dihapus oleh admin Tiktok.

Ada pula yang bercerita kalau ada tokoh tertentu dari kalangan Habaib yang mengaku setiap hari bertemu Rasulullah saw. "Ya Allah..." Aku hanya bisa geleng-geleng kepala. Bukan hanya karena isi ceramahnya yang penuh cerita hayalan dan khurofat, tetapi juga doktrin yang menurutku menyesatkan. Lama kelamaan aku jadi berfikir, bahwa ceramah-ceramah mereka tendensius, sekedar modus agar masyarakat mengagungkan mereka secara berlebihan, bahkan melampaui nabi.

Aku jadi ingat sebuah kajian dalam ilmu Hadis, yang mana di antara tanda hadis palsu (maudlu') adalah hadis-hadis yang memuat ajaran-ajaran yang tidak masuk akal, berisi khurofat dan melampaui teladan nabi. Bila hadis yang seperti itu saja harus ditolak, bagaimana halnya dengan ceramah-ceramah ngawur semacam itu?

Berjuta pertanyaan menggelayuti pikiranku. Mengapa orang-orang semacam ini mendapatkan panggung keagamaan di negeri ini? Lebih ironis lagi, masyarakat macam apa yang mau menjadi pengikutnya. Bagaimana mungkin Masyarakat bangsa ini bisa bersaing dengan bangsa-bangsa di negara-negara maju bila setiap hari dicekoki hal-hal yang tidak masuk akal. Ini

Sepertinya benar kata mantan Perdana Menteri Malaysia yang viral beberapa waktu lalu, yang mengatakan masyarakat melayu bodoh karena pengajian, mudah termakan omongan para ustadz yang irasional dan menjauhkan dari kemajuan. Ceramah-ceramah semacam ini jelas pembodohan, yang membuat masyarakat semakin bodoh. Sayangnya, aku tidak punya panggung seperti mereka sehingga kegundahanku hanya bisa kupendam sendiri. Aku hanya bisa berharap ada naras-narasi yang meluruskan hal-hal semacam ini, tapi sayang masing sangat sedikit dan belum mampu mengimbangi.

Masalahnya Islam adalah agama yang tidak terlalu terikat oleh institusi yang memungkinkan kapitasisasi agama semacam ini dapat dibatasi. Padahal doktrin-doktrin yang mengkapitalisasi agama semacam ini sangat berbahaya dan merugikan masyarakat yang mayoritas rendah dalam literasi. Mereka yang termakan doktrin ini akan semakin tenggelam dalam keterbelakangan dan merasa nyaman di bawah penindasan semu oleh tokoh-tokoh agama semacam ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun