Hal yang kurang lebih sama banyak terjadi di berbagai lomba di berbagai even dan tempat. Banyak perlombaan yang gagal menjadi wahana seleksi bagi pemilik bakat terbaik, akibat rendahnya intergitas panitia hingga memenangkan pihak yang tak seharusnya bukan pemenang. Logikanya, mengubah pemenang lomba yang jelas-jelas terlihat di depan mata saja bisa dilakukannya, apalagi menentukan pemenang pada lomba-lomba yang membutuhkan penilaian subyektif dan tertutup.
Penutup
Egy dan keluarganya mungkin sudah lega karena telah mendapatkan haknya, meski menerima medali juara dan hadiah di luar lomba tidaklah sama dengan menerimanya di tengah gegap gempita lomba. Yang perlu diingat, kasus Egy sudah pasti bukan fenomena satu-satunya di negeri ini. Di berbagai daerah banyak lomba, baik yang lomba bidang vokasi , seni maupun akademik, yang calon juaranya sudah dapat ditebak dari sekolah mana, tidak peduli bagaimana jalannya lomba. Padahal rendahnya integritas para penyelenggara dan pengelola lomba potensial merusak motivasi pelajar untuk berprestasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H