Mohon tunggu...
Irfan Tamwifi
Irfan Tamwifi Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

Bagikan Yang Kau Tahu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dampak Tesis Kyai Imaduddin al-Bantani

29 November 2023   22:16 Diperbarui: 29 November 2023   22:35 4070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kyai Imaduddin Usman al-Bantani, yang popular dipanggil kyai Imad, secara mengejutkan telah menghentak diskursus keagamaan kalangan Islam tradisionalis Indonesia. Tesisnya yang menyatakan bahwa secara akademis nasab klan Baalawi terputus (munqathi) dari jalur keturunan nabi saw, telah menimbulkan pro dan kontra, mengingat kaum Baalawi, yang tokoh-tokohnya di Indonesia disebut habaib (jama’ dari kata habib), terlanjur diyakini sebagai keturunan nabi saw.

Bukannya menjawab tesis kyai Imad dengan data dan anti tesis ilmiah, para tokoh Baalawi justeru merespon dengan emosional. Di berbagai kanal media sosial dapat dijumpai pernyataan hingga ceramah para habaib yang penuh kemarahan dan caci maki. Bahkan narasi kutukan ditebar bagi mereka yang dianggap pembenci dzuriyyah nabi, yang dikonotasikan dengan kebencian terhadap kalangan Baalawi. Kaum Baalawi juga melakukan penggalangan massa melalui berbagai kegiatan keagamaan untuk memamerkan besarnya pendukung masyarakat terhadap mereka. Lebih ironis lagi, tidak jarang pendukung Baalawi yang tidak segan melakukan persekusi terhadap mereka yang dianggap membenci habaib atau mendukung tesis kyai Imad.

Para pendukung Baalawi berusaha keras memberikan counter opinion, tapi sayang sekali kebanyakan hanya berupa narasi di luar diskursus ilmu nasab secara ilmiah. Sebagian dari mereka mendasarkan validasi keshahihan nasab Baalawi pada sikap hormat para ulama terdahulu pada habaib. 

Ada pula yang memvalidasi keshahihan nasab Baalawi atas dasar sanad keilmuan dan beberapa wirid keagamaan yang sebagian sanadnya melalui jalur tokoh Baalawi. Ada pula yang menggunakan alasan fiqih versi tokoh Baalawi tentang kebolehan membahas nasab orang lain. Bahkan ada pula yang berusaha mendapatkan dukungan dari tokoh ahli nasab di Iran meski bukan dalam bentuk sertifikasi (isbat) resmi.

Tokoh-tokoh NU sendiri terlihat gamang menyikapi masalah ini sehingga para tokohnya berbeda pendapat dan berbeda dalam menyikapinya. Dapat dipahami bila para tokoh NU kesulitan mengambil sikap karena persoalan nasab merupakan masalah sensitif, sehingga sikap pro ataupun kontra akan berdampak tidak mengenakkan bagi keutuhan NU. Itu sebabnya, respon tokoh-tokoh NU berbeda-beda dan tidak satupun yang mewakili sikap resmi organisasi. Ada tokoh-tokoh yang berusaha tidak merespon, ada yang diam-diam mendukung salah satu pihak dan ada pula yang memilih prasangka baik (husnudzon) dibanding mempercayai tesis ilmiah.

Para pendukung Baalawi dari yang mampu berfikir akademis tampak tidak terlalu banyak, hingga kesulitan memberikan data pembanding yang mampu meruntuhkan tesis kyai Imad. Data-data pembanding yang diklaim diperoleh oleh Gus Rumeil, tidak juga dapat diverifikasi. Beberapa tantangan tes DNA sebagai metode paling ilmiah di era saat ini juga dihindari oleh kalangan Baalawi dengan berbagai dalih, sehingga justeru menambah ketidakyakinan bagi mereka yang mendukung tesis kyai Imad tentang keshahihan nasab Baalawi secara biologis.

Belakangan, kaum Baalawi dan pendukungnya sepertinya berusaha menurunkan tensi pedebatan dengan tidak banyak merespon propaganda para pendukung tesis Kyai Imad seperti masa-masa sebelumnya. Beberapa narasi memperlihatkan bahwa kaum Baalawi berusaha tidak menganggap tesis Kyai Imad sebagai sesuatu yang berpengaruh bagi umat Islam. Meski demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa di kalangan muslim tradisionalis sebenarnya terjadi perubahan sebagai dampak dari tesis Kyai Imad. Beberapa perubahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut.

Validasi Keraguan

Tesis kyai Imad tentu tidak dipercaya atau lebih tepatnya tidak diterima oleh semua orang, bahkan tidak sedikit yang menentangnya dengan berbagai alasan. Meski demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya semakin banyak masyarakat yang secara diam-diam (pasif) atau terbuka mempercayai tesis kyai Imad. Terutama kalangan yang mampu berfikir ilmiah tentu lebih mempercayai tesis ilmiah dibanding pengakuan sepihak dari internal Baalawi. Setidaknya, sebagian masyarakat percaya pada kyai Imad, karena belum ada anti tesis yang mematahkannya secara ilmiah. Di samping itu, beredarnya data-data dan informasi pendukung seperti catatan sejarah tentang larangan Syarif Makkah pada kaum balawi memakai gelar Syarif dan Sayyid, serta informasi tentang Haplogroup DNA semakin menguatkan keraguan tersebut. .

Tesis kyai Imad juga memvalidasi keraguan sebagian masyarakat yang beberapa waktu sebelumnya memang sudah meragukan kebenaran nasab Baalawi sebagai keturunan nabi saw. Keraguan tersebut terjadi akibat sikap, perilaku dan ucapan beberapa tokoh Balawi yang jauh dari nilai-nilai etika keagamaan yang selama ini dijunjung tinggi oleh masyarakat muslim, semisal ceramah yang penuh provokasi, caci maki, hingga doa buruk bagi mereka yang tidak sepaham. Apalagi beredar luas doktrin-doktrin yang tidak mauk akal dari beberapa tokoh habaib banyak menebar cerita khurafat dan kewalian kaum habaib seacara berlebihan.

Proporsionalisasi Respektasi 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun