Lalu Maunya Apa?
Melihat berbagai manuver kubu nomor 02 selama ini, dapat disimpulkan bahwa yang mereka kehendaki sebenarnya sederhana saja, yaitu capres yang mereka usung sukses dilantik menjadi presiden dan wakil presiden, dengan cara apapun. Seperti pilkada DKI, target para pendukung kubu nomor 02 juga jauh lebih sederhana lagi, yaitu ingin menggantikan Jokowi dengan orang lain, diganti siapapun orangnya dan apapun reputasinya asal bukan Jokowi, dan asal pilihannya sendiri.
Mereka tidak percaya lagi pada jalur-jalur konstitusional, karena hanya akan mengulang kekalahan dalam pilpres 2014. Minimnya data yang mereka miliki sebagai "amunisi" untuk menghadapi pertarungan konstitusional melalui Mahkamah Konstitusi (MK) membuat jalur-jalur konstitusional berpeluang tipis dalam memuluskan ambisi mereka. Dukungan massa yang punya reputasi mudah dimobilisasi di jalanan membuat opsi-opsi di luar konstitusi selalu terbuka untuk mereka lakukan. Manuver-manuver pasca pilpres sepertinya dilakukan sebagai upaya memanaskan bara ketidakpuasan atau minimal menjaga soliditas suara-suara anti-Jokowi agar tetap terjaga.
Di tengah rendahnya kualitas kenegarawanan para politisi, soliditas TNI-Polri saja yang kini menjadi satu-satunya tumpuan harapan stabilitas sosial dan politik negeri ini. Entah manuver apa lagi yang akan mereka mainkan, sebab para politisi negeri ini seakan tak peduli betapa sikap, tindakan dan kata-kata mereka tercatat dalam sejarah, apalagi di era digiital saat ini. Hanya TNI-Polri yang hari-hari ini mampu menjadi batu penghalang bagi munculnya tindakan-tindakan inkonstitusional yang perlu diwaspadai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H