PPPPTK BMTI sebagai kepanjangan tangan dari Dirjen Guru dan Tenaga Teknis (GTK) melaksanakan Diklat Literasi Menulis dengan model In1-On-In2. Diklat yang diikuti oleh 80 orang peserta yang berasal dari guru SMA dan SMK ini dibagi menjadi 2 kelas. Pada kegiatan In1, peserta mendapatkan pengetahuan tentang teori menulis dari para widyaiswara yang ahli dalam bidang tulis-menulis, baik menulis karya ilmiah maupun berbagai jenis tulisan lainnya, termasuk buku. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 2 Minggu, diharapkan mampu membekali para guru untuk menghasilkan karya tulis, terutama menulis buku, yang banyak menjadi pilihan bagi para guru.
Pada kegiatan On, selama 3 bulan, guru melaksanakan kegiatan menulis di tempat tugas masing-masing. Selama kegiatan menulis buku tersebut, maka para widyaiswara memantau kegiatan mereka melalui grup whatshap. Para guru yang mengalami kesulitan saat menulis buku, dapat menanyakan langsung kepada para widyaiswara.
Pada kegiatan In2, PPPPTK BMTI kembali mengundang para guru untuk membawa karya tulis yang sudah mereka buat, dan mempertanggungjawabkan di hadapan para widyaiswara. Dalam kesempatan itu, panitia juga mengundang editor dari para penerbit untuk menilai buku tersebut. Tim editor ini dipimpin oleh Bambang Trimasyah, director PT. Inkubator Penulis Indonesia, satu-satunya penulis yang membuka jurusan penerbitan buku.
Dari 80 guru yang mengikuti diklat pembekalan pada kegiatan In1, ternyata yang hadir pada kegiatan In2 hanya 50 orang guru dengan menghadirkan 50 karya tulis. Hasil karya tulis para guru tersebut pada umumnya berbentuk buku, baik buku teks dan buku nonteks, termasuk karya fiksi berupa Antologi Puisi. Jumlah halaman karya tulis mereka beragam dari 40 sampai 150 halaman. Apalagi ketika diketahui bahwa hasil karya tulis mereka akan dibeli oleh panitia, dengan menghitung jumlah halaman, mereka berupa menambah jumlah halaman hingga mencapai 200 halaman.
Dalam kesempatan tersebut, Bambang Trimansyah menilai beberapa sampel naskah buku. Dari hasil penilaiannya, banyak naskah buku dari hasil copy paste di Internet. Tentu saja, menurut dia, tulisan yang banyak copy paste, akan ditolak oleh penerbit. Jika buku tersebut dinilaikan di Puskurbuk, juga akan ditolak.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh GTK di PPPPTK BMTI tersebut telah membuka semangat para guru untuk menulis buku. Selain membantu guru dalam memperoleh angka kredit, buku juga dapat menjadi warisan bagi para guru untuk mengekalkan nama mereka di sekolah. Karena itu, beberapa guru mempunyai inisiatif untuk melaksanakan kegiatan diklat literasi menulis dan menerbitkan buku ini di daerah masing-masing.
Salah seorang alumni diklat di PPPPTK BMTI, Anugrah, S.Pd., guru SMKN 1 Bontang bersama Dr. Husniah Achmad, M.Pd. kepala SMKN 16 Samarinda, melaksanakan kegiatan diklat literasi di wilayah Kaltim dengan menggandeng widyaiswara PPPPTK BMTI dan juga penerbit Eksismedia Graifisndo. Setidaknya sudah dua kali dilaksanakan kegiatan Diklat Literasi Menulis, yakni angkatan I di Kota Bontang, Kaltim. Kegiatan diiikuti oleh 50 orang guru dari berbagai jenjang sekolah. Kegiatan yang dibuka oleh Sekretaris Pemda Kota Bontang ini dilaksanakan di Pusat Belajar Anak Autis selama 3 hari. Kegiatan diklat literasi menulis dinyatakan berhasil, dan seluruh peserta puas memperoleh pengetahuan teknik menulis dan menerbitkan buku.
Satu bulan kemudian, dilaksaankan kegiatan diklat literasi yang sama di Kota Balikpapan. Kegiatan ini diiikuti oleh 40 orang guru bertempat di SMAN 5 Balikpapan. Seperti yang terjadi di Kota Bontang, peserta menyatakan puas mengikuti diklat tersebut, dan siap untuk membuat tulisan sesuai arahan para widyaiswara.
GTK yang memahami pentingnya literasi menulis, karena guru penulis adalah guru pembelajar, telah melaksanakan kerjasama dengan beberapa penerbit, misalnya dengan Penerbit Mediaguru, dengan membuat Program "Sagu Sabu". Satu guru satu buku. Kerjasama ini juga telah menghasilkan naskah buku karya para guru. Sedangkan, Penerbit Eksismedia Grafisindo bekerjasama dengan widyaiswara PPPPTK BMTI membuat Program "Sawi Sabu", satu widyaiswara satu buku. Sejak digulirkannya program ini, sudah banyak widyaiswara yang berhasil membuat buku, sehingga dapat memenuhi unsur pengembangan profesi untuk kenaikan pangkat mereka.
Saat ini, banyak juga penerbit dan penulis yang membuka diklat literasi untuk menjawab tantangan bagi para guru atau tenaga kependidikan lainnya yang ingin menghasilkan karya tulis berupa buku, yang akan digunakan untuk kepentingan naik pangkat atau keperluan menyebarluaskan ilmu pengetahuan kepada khalayak umum.
Siapa yang menyangka, kegiatan diklat Literasi Menulis oleh GTK di UPT PPPPTK BMTI telah menjadi virus penularan kemampuan menulis yang kemudian berkembang di daerah. Bahkan, dalam kegiatan sImposium 2017, ada beberapa guru dan kepala sekolah yang berhasil masuk final. Bahkan Dr. Husniah Achmad, M.Pd., kepala SMKN 16 Samarinda, yang menjadi motor penggerak Diklat Literasi bersama Anugrah Ewako, S.Pd. mampu menyabet sebagai juara I, dengan judul artikel, "Penggunaan Metode Radiasi untuk Menumbuhkan Budaya Literasi di Sekolah".
Kegiatan Diklat Literasi Angkatan I, Kota Bontang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H