Mohon tunggu...
nasiliat
nasiliat Mohon Tunggu... Foto/Videografer - iseng menulis

bio apaan ya

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Menyetroom Gundala Agar Lebih Perkasa

15 September 2019   13:59 Diperbarui: 16 September 2019   12:16 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Poin Plus

Sekarang tentang poin plusnya. Gundala menyajikan cerita komiknya dengan benang merah yang kekinian -hoaks, fitnah, mogul, dan tukang plintir. Ah ini alus dah, keren. Lalu hoaks ini dibahasakan lain menjadi -kebenaran yang disembuyikan - smooth. Diulang tapi nggak sama persis. Eh tapi bicara tentang quote, ada yang janggal juga sih ketika sebuah quote diulang beberapa kali dalam film -ketika diam atas ketidakadilan, dimanakah kemanusiaan kita. Uncle Ben hanya sekali memberitahu Peter Parker, great power comes with great responsibility. Tidak perlu diulang ataupun flash-back, quote ini tetap kuat.

Low-costplay. Nah ini seger, bagaimana Gundala membuat kostumnya sendiri. Tujuan pembuatan kostum pun juga ada, untuk melindungi orang-orang yang dekat dengan dia supaya identitasnya tetap terlindungi. Tapi plot ini sendiri dibuyarkan di akhir cerita di mana mereka disandera komplotan Pengkor. Tidak diceritakan bagaimana Pengkor bisa menemukan lokasi Gundala. Kalau mau bisa aja diceritakan Pengkor menyadap telepon Lukman Sardi karena sudah lama curiga dengan Lukman.

Adegan bela diri yang disajikan juga menarik. Sancaka diajari pencak silat, bela diri asli Indonesia. Lalu Kang Cecep pakai topeng terbalik menjadikannya tambah misterius dan menacing. Buat saya, duel Awang membela Sancaka lebih menarik daripada duel Sancaka dewasa karena banyak trik duel disajikan oleh Awang. Sebenarnya di duel Awang itu, Sancaka kecil sudah diajari signature move-nya yaitu menjepit kepala lalu membanting ke lantai. Sayangnya trik ini tidak ada dalam duel Sancaka dewasa. Lalu seandainya saja Sancaka punya musuh bebuyutan sejak awal, tentu duel di akhir akan lebih epic dan alot mirip duel John Wick: Parabellum.

gundala-dipukul-5d7f19de097f361b5b70ca64.png
gundala-dipukul-5d7f19de097f361b5b70ca64.png
Jalan cerita Gundala mengalir dan bisa dipahami. Sekalipun film action, ada beberapa sisipan humor juga dalam film ini yang jadi pemecah suasana. Skor musiknya juga termasuk lumayan, meskipun saya belum menemukan theme song Gundala yang nyantol ala Superman dan Star Wars bikinan John Williams. Ada baiknya juga sih kalau potongan-potongan musik di album Gundala ini disisipkan dalam cerita, bukan direkap waktu akhir pemunculan kredit yang malahan terkesan geradakan. 

Pemilihan lokasinya cerdas, memanfaatkan bangunan kolonial, lalu Pengkor juga diperankan aktor keturunan Barat. Nuansanya kolonial. Kostum dan make up sudah pas.

Semoga tulisan ini memberikan kritik yang objektif, sembari mengutip Rocky Gerung,  "Kritik tak mewajibkan solusi."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun