Abu Hamas M. Sasaky menerjemahkan salah satu karya Syekh Abdul Qodir Al Jaelani yang berjudul Meraih Cinta Ilahi. Â buku ini menghimpun 62 nasehat Syekh Abdul Qadir Al Jailani di Madrasahnya, dalam rentang waktu 545-546 H (1150-1152 M). isi ceramah-ceramah Syekh Abdul Qodir ini sangat menggugah dan keras menghantam hati para pendengarnya, ia berterus terang bahwa ia sengaja menggunakan kalimat-kalimat yang tajam untuk membongkar hati manusia yang keras yang telah terselimut dosa-dosa kemaksiatan dalam waktu lama. Â
Salah satu Ceramahnya membahas tentang riya', pada pembahasan ini beliau mengatakan orang yang riya' itu pakaiannya bersih namun hatinya najis. Â ia bersikap zuhud pada perkara perkara mubah, malas berusaha, dan makan dengan menjual agamanya. secara umum, Ia tidak bersikap wara' dalam makan-makanan yang jelas keharamannya. keadaannya itu tersamar dari orang awam, tapi jelas nampak Bagi kalangan orang khusus (khawas). Â semua kezuhudan dan ketaatannya hanya ada di permukaan. secara lahir baik, tapi batinnya rusak.
Setelah beliau menjelaskan tentang karakter orang yang riya' ia mulai menasehati para pendengarnya dengan mengatakan "celaka engkau! Â taat kepada Allah itu ada di hati bukan di raga. Â semua itu tergantung pada hati, batin, dan hakikat. Â tanggalkan semua pakaian yang kau pakai, agar aku dapat mengambilkan untukmu pakaian dari Allah 'Azza wa Jalla yang tidak akan lusuh. Â tanggalkan pakaian bermalas-malasan dalam menunaikan hak-hak Allah.Â
tanggalkan pakaian keterpakuan pada makhluk dan kesyirikan.  tanggalkan pakaian nafsu,  kelemahan, 'ujub, dan nifak.  tanggalkan pakaian dunia dan  pakailah pakaian akhirat.  tanggalkan dirimu dari usahamu, kekuatanmu, dan wujudmu, lalu bersimpuh lah di hadapan Allah Azza wa Jalla dengan tanpa usaha, tanpa kekuatan, dan tanpa terpaku pada sebab-sebab,  tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.  apabila engkau melakukan ini,  engkau  akan melihat kelembutan-Nya  datang mengelilingimu, rahmat-Nya berhimpun padamu,  nikmat dan anugerah-Nya menyelimutimu.Â
larilah kepada Allah. Datangalah hanya kepada-Nya dalam keadaan bebas dari dirimu dan orang lain. Â Berjalanlah kepadanya dengan penyerahan total dan terputus dari selain Dia. Â Berjalanlah kepada-Nya sambil berpisah dengan segalanya agar Dia menghimpunmu dan menyampaikanmu, memperkuat lahir dan batinmu. Â sehingga sekiranya dalam raya ini ditutup terhadapmu dan Dia memikulkan kepadamu semua beban maka hal itu tidak akan mengganggumu bahkan Dia akan menjagamu. Â barangsiapa yang memandang fana makhluk ditangan tauhidnya, memandang fana dunia di tangan kezuhudannya,Â
Dan memandang fana selain Tuhannya dengan tangan cinta-Nya, maka ia telah mencapai kesempurnaan dan kesuksesan dan ia memperoleh kebaikan dunia dan akhirat. Â maka hendaknya kalian menjaga amanah terhadap nafsu kalian, hawa dan setan kalian, sebelum kalian mati. Â Hendaknya kalian mengalami kematian yang khusus sebelum kematian yang umum.
Wahai kaum muslimin, jawablah seruanku! Sebab aku adalah juru dakwah Allah yang mengajak kalian ke pintunya dan menaatinya, aku tidak mengajak kalian kepada diriku. Orang yang munafik itu tidak mengajak kepada Allah Azza wa Jalla tapi ia mengajak kepada dirinya, ia menuntut bagian dunia.
Wahai orang yang bodoh engkau tidak mau mendengar perkataan ini sedang engkau duduk di dalam tempat ibadahmu bersama nafsu dan hawamu. Pertama engkau perlu berteman dengan para Syekh membunuh nafsu dan tabiat, serta selain Al-Maula Azza Wa Jalla tetap berada di pintu-pintu mereka setelah itu barulah engkau boleh menyendiri meninggalkan mereka duduk di rumah ibadahmu sendirian bersama Allah Azza wa Jalla.
Lisanmu menyatakan kewara'an sedang hatimu jahat. Lisan memuji Allah Sedang hatimu menentangnya. Lahirmu muslim namun hatimu kafir, lahirmu mengesakan-Nya tetapi batinmu musyrik kezuhudanmu tampak pada lahirmu, agama terlihat pada lahirmu tetapi batinmu rusak. Apabila keadaanmu seperti itu, maka setan akan menjejali hatimu dan menjadikannya sebagai tempat kediamannya.
Seorang mukmin itu mulai dengan membangun hatinya kemudian membangun lahirnya ia ibarat orang yang membangun rumah yang mengeluarkan uang banyak untuk memperindah bagian dalamnya, sedang pintunya belum jadi, apabila bagian dalam rumahnya telah selesai dan indah, barulah ia membuatkan pintunya, demikianlah ia memulai dengan Allah dan mencari ridho-Nya, kemudian menoleh kepada makhluk dengan seizin-Nya memulai dengan meraih akhirat, barulah mengambil bagian dari dunia".
Begitulah ungkapan Syekh Abul Qadir Al-Jailani yang di terjemahkan oleh Abu Hamas M. Sasaky dalam kitab Meraih Cinta Ilahi. Semoga penulis dan pembaca dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari kutipan ini.