Keesokan harinya aku masih melihat bekas memar di pipi Sukma.
"Masih sakit?" tanyaku di pagi hari ketika memasuki ruang kelas.
"Nggak biasa aja. Ya masih sakit lah, gitu aja pakek nanya," sungut Sukma.
"Yee nih anak ditanyain baik-baik malah sewot jawabnya," kataku singkat.
"Habisnya nyebelin kamu sama Ria tuh sama aja nggak ada bedanya."celetuknya
"Lah apa maksudnya nih?" tanyaku sambil meletakkan tas sekolah di bangku.
"Udah tau aku kena tampar, eh kalian malah bengong aja. Belain kek atau tampar balik kek," protes Sukma
"Maaf deh maaf. Bukan maksud nggak mau belain. Tapi aku juga nggak berani kalau melawan Mitha," kataku tersenyum.
Mitha and the gank memang terkenal di sekolah kami dan tak ada satu pun orang yang berani untuk melawannya. Termasuk aku dan Ria. Meskipun Sukma itu sahabatku, kalau udah berhadapan sama Mitha lebih baik mundur deh aku.
Mitha sendiri sebenarnya orangnya baik, supel. Tapi kalo untuk urusan cowok, ada yang deketin cowoknya hmmmm jangan main-main deh ya.
"Pagi Sukma," Sapa Miar.