Mohon tunggu...
david wibowo
david wibowo Mohon Tunggu... Dokter - Dokter um um yang malas menulis

"We are what we choose to be"

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kolposkopi

3 Desember 2018   14:26 Diperbarui: 5 Desember 2018   13:58 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kolposkopi (Colposcopy), berasal dari bahasa yunani kolpos yaitu vagina, rahim dan skopos yang berarti melihat, adalah salah satu prosedur pemeriksaan diagnostik medis yang memeriksa daerah leher rahim atau serviks, vulva dan vagina dengan penggunaan bantuan cahaya dan pembesaran gambar. 

Pemeriksaan ini pertama kali dikembangkan oleh dokter dari Jerman Hans Hinselmann dan dibantu oleh rekannya Eduard Wirths, yang saat itu dilakukan pada tahanan wanita yahudi di Auschwitz pada masa perang Dunia ke 2. 

Banyak kelainan-kelainan secara kasat mata apakah itu keganasan ataupun yang bukan, yang dapat di lihat melalui pemeriksaan ini. Setelah itu, pemeriksa dapat mengambil sampel jaringan untuk pemeriksaan lainnya secara sitologi. 

Tujuan utama kolposkopi adalah untuk pencegahan kanker serviks dengan cara yaitu menemukan kelainan yang dicurigai sebagai kelainan awal kanker atau precancerous lesions dan mengobatinya.

Indikasi pemeriksaan Kolposkopi

Sebagian besar pemeriksaan kolposkopi adalah untuk meneruskan pemeriksaan pap smear, apabila ditemukan kecurigaan ke arah kanker serviks yang ditandai dengan ditemukan nya sel-sel keganasan pada pemeriksaan pap smear. Indikasi lainnya, yaitu dapat sebagai pemeriksaan untuk mendeteksi kondisi abnormal serviks, pada kondisi paska kekerasan seksual, dan yang lainya. Pemeriksaan kolposkopi sebaiknya tidak dilakukan pada pasien yang telah menerima pengobatan untuk kanker serviks.

Prosedur dari kolposkopi

Kolposkopi dilakukan pada wanita yg berbaring terlentang, kaki terbuka dan posisi bokong pada tepi meja pemeriksaan, dalam bahasa medis dinamakan posisi dorsal litotomi. Penggunaan cairan asam asetat 3% dapat membantu mendeteksi adanya sel-sel keganasan pada serviks. Sel-sel tersebut ditandai dengan perubahan warna menjadi lebih putih pada penggunaan olesan asam asetat 3% tersebut. 

Apabila ditemukan daerah yang menjadi lebih putih, maka akan disarankan kepada pasien untuk melakukan biopsi. Apabila kelainan tidak tampak, atau ragu-ragu, maka dapat dibantu dengan penggunaan larutan iodine yang diusapkan pada daerah serviks, untuk membantu menentukan kelainan pada serviks.

Komplikasi

Komplikasi pada pemeriksaan kolposkopi ini sangat jarang terjadi. Perdarahan dan rasa kurang nyaman dapat terjadi selama pemeriksaan. Perlu ditekankan bahwa pemeriksaan kolposkopi tidak menyebabkan terjadinya kemandulan atau infertilitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun