Mohon tunggu...
-sando-
-sando- Mohon Tunggu... -

Pengelana Partikelir, yang pengen jadi Vrijman. Dalam Tahun Monyet Api kali ini akan beroleh kemahadahsyatan di kehidupan nyata.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menuliskan Wahyu

9 Februari 2016   15:50 Diperbarui: 9 Februari 2016   16:00 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Wahyu-wahyu menghujan deras,

berjatuhan di tanah, aspal dan parkiran,

berdesakan di gorong-gorong kota

berbecekan di halaman desa-desa

 

Wahyu-wahyu lahir dari awan-awan,

pemurnian bumi yang merangkak ke cakrawala,

kembali tertumpah, menapaki muasal,

kembali ke ribaan, menggenang

 

Wahyu-wahyu tak terserap,

drainase kota pada mampat,

desa-desa telah menjadi kota,

penulis wahyu memburuh di ibukota.

 

Wahyu-wahyu telah kembali ke muara,

bersama lumpur-lumpur kuning di tepian samudera,

perlahan mengendap di dasar-dasar delta,

kelak jadi pondasi reklamasi pemerintah.

 

Pulang seorang anak buruh dari kota,

pengen menuliskan wahyu dalam lembaran lontar dijital,

mengembalikan wahyu-wahyu ke angkasa,

lalu menjadi nabi, nabi yang membunuh pengungkapan.

 

Tertulislah wahyu yang sudah tamat.

dari angkara kau tercipta, maka ke angkara engkau akan berpulang.

 

09-02-16

Jakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun