Sosial Media, siapa yang tak kenal dengan sosial media? Sosial media sendiri adalah sebuah media untuk bersosialisasi satu sama lain yang dilakukan secara online yang memungkinkan manusia berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu. Apa yang kalian pikirkan pertama kali jika mendengar sosial media? Yak, pasti kalian semua memikirkan tentang Instagram, Twiter, WhatsApp dan sebagainya bukan? Zaman saat ini memang sedang marak sekali pasal sosmed ini. Banyak dari mereka yang bahkan tak bisa lepas dari handphone mereka. Tapi pernahkah kalian berfikir bahwa kalian telah terkena sindrom FoMo?
Istilah FoMo, mengacu pada sebuah sindrom kecemasan sosial. FoMo adalah kependekan dari Fear Of Missing Out , atau dalam bahasa Indonesia adalah ketakutan akan ketinggalan. Secara definisi, FoMo adalah sebuah perasaan cemas atau takut yang timbul di dalam diri seseorang akibat ketinggalan sesuatu seperti trend.
Survei dari JWT Intelligence, mengatakan 40% dari pengguna social media menderita sindrom FoMo. Dilansir dari prweb,com, JWT Intelligence yang telah melakukan survei pada tahun 2011, menyatakan bahwa sebanyak 72% orang dengan usia 18-33 tahun di AS dan Inggris, mengatakan bahwa mereka agak terkait dengan FoMo. Di Amerika, 45% responden pria mengatakan bahwa mereka merasa agak tersisih ketika mereka melihat teman sebayanya melakukan sesuatu yang tidak mereka lakukan, dibanding dengan 29% wanita. Sedagkan di Indonesia, tribunnews.com menyatakan bahwa 68% millennial telah terjangkit FoMo.
Menurut Douglass A. Boneparth, pimpinan perusahaan konsultan dan perencana keuangan Bone Fide Wealth yang berbasis di Kota New York, AS, dan JWT Intelligence, sindrom FOMO merupakan masalah sosial yang bisa dialami semua generasi. Namun sindrom ini lebih sering dialami oleh generasi millennial, karena merupakan generasi yang telah terpapar teknologi. Bahkan beberapa studi menyatakan bahwa, sindrom FoMo bisa menjangkiti orang-orang dari segala usia. Penelitian juga menyatakan bahwa, orang yang menggunakan smartphone dan sosmed secara berlebihanlah, yang lebih mudah terkena sindrom FoMo.
Lalu, kecemasan-kecemasan dan gejala seperti apa yang dirasakan oleh penderita sindrom FoMo ini? Dikutip dari darunnajah.com, penderita FoMo akan merasakan khawatir jika handphone mereka tertinggal, mereka akan merasa cemas jika mereka mengetahui bahwa paket data mereka akan habis.Â
Kemudian mereka juga akan sering mengecek sosmed mereka hingga berulang kali, bahkan mereka bisa menghabiskan waktu sekitar 2 jam hanya untuk bermain sosmed. Mereka juga selalu menantikan notifikasi yang masuk ketika mereka ikut berkomentar di sosial media temannya. Mereka juga memiliki obsesi yang tinggi terhadap like dan komen.Â
Lalu, mereka juga akan ketagihan mengupdate status. Serta, memiliki obsesi terhadap kehidupan orang lain. Tidak hanya itu saja, parahnya mereka juga akan bisa berbohong demi citranya yang baik di sosial media. Berdasarkan survey di majalah Forbes, sindrom FoMo dipicu atau disebabkan oleh rasa ketidakpuasaan dalam hidup, mereka cenderung berfikir, "apakah orang lain lebih bahagia daripada aku?"
Mungkin dari kalian bertanya-tanya, apakah sindrom FoMo ini memiliki akibat yang fatal? Ya, tentu saja. Sindrom ini akan mengakibatkan beberapa dampak yang akan terjadi baik bagi kesehatan, kehidupan  sosial, dan finansial.
1. Kesehatan
Secara langsung maupun tidak langsung, sindrom FoMo ini akan mengakibatkan gangguan kesehatan baik kesehatan fisik maupun psikologis.
Kecemasan atau ketakutan yang terjadi biasanya mengakibatkan depresi atau stress. Ketika cemas, hormon-hormon stress seperti kartisol dan adrenalin akan dilepaskan dan tentunya akan berdampak buruk bagi kesehatan tubuh, sebab hormon kartisol menyebabkan kekebalan tubuh kita menurun.
2. Hubungan Sosial
Dikutip dari koinworks.com, orang yang terjangkit sindrom ini cenderung akan menyakiti perasaan orang lain, atas tindakan yang dilakukan. Sehingga hubungannya akan memburuk baik hubungan sosial di dunia nyata maupun di dunia maya
3. Finansial
Sindrom FoMo akan merasakan kerugian yang amat besar, terutama pada masalah finansialnya. Mereka cenderung menghabiskan uang mereka hanya untuk memenuhi trend yang ada tanpa memperhatikan apakah finansial mereka mampu atau tidak untuk mengikuti trend. Di ambil dari artikel "The Urban Poor You Haven't Noticed: Millennials Who're Broke, Hungry, But On Trend", mengatakan bahwa, anak muda zaman sekarang, rela perutnya terlilit kelaparan hanya untuk eksistensinya, mengutamakan gaya hidup dan pergaulan ekonomi keatas, padahal penghasilannya sama sekali belum mampu menopang.
Dikutip dari indonesiana.id, kaum muda yang mementingkan gaya hidup tinggi, dan telah terjangkit FoMo ini, telah terjadi pada kota besar seperti New Delhi, Tokyo, New York, Berlin, dan London. Kemudian, dalam investigasi Mardiyah Chamim yang bertajuk "Muda, Kaya dan Berbahaya"Â membuktikan bahwa, hal ini terjadi pula di Indonesia terutama di Kota Jakarta.
Namun kalian bisa bernapas lega, FoMo ini sama seperti penyakit lainnya, sehingga sindrom ini bisa dicegah dan diatasi. Beberapa cara mengatasinya yang bisa kalian lakukan adalah dengan, mengurangi penggunaan sosial media, menahan diri untuk tidak selalu update, mematikan notifikasi yang masuk, dan kalian juga bisa mengalihkan pengalaman seru kalian di buku jurnal