Mohon tunggu...
Ali Nashokha
Ali Nashokha Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Abu Nawas, Berita Hoax, dan Kurio

12 September 2017   20:25 Diperbarui: 12 September 2017   20:29 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abu Nawas yang terkenal cerdik dan bijak pernah menjadi korban peredaran berita hoax. Ia terpedaya dengan kata-kata manis dari empat orang yang bersekongkol menyebarkan informasi palsu.

Ceritanya, suatu hari Abu Nawas berniat untuk menjual keledainya ke pasar. Dalam perjalanan, ia berjumpa dengan seorang tak dikenal. Ia berkata bahwa ia ingin membeli kambing yang akan dijualnya. Abu Nawas tidak menghiraukan orang tersebut, ia masih sangat yakin bahwa hewan yang akan dijualnya adalah keledai, bukan kambing.

Belum lagi sampai di pasar, Abu Nawas bertemu dengan orang kedua dan orang ketiga secara bergantian. Keduanya mengutarakan niat yang sama, membeli kambing yang akan dijual Abu Nawas. Di sini Abu Nawas mulai ragu dengan pikirannya, sebab sudah ada tiga orang yang mengatakan bahwa keledai yang akan dijualnya adalah seekor kambing.

Tiba di pasar, Abu Nawas bertemu dengan orang keempat. "Kambingmu bagus sekali," tutur orang tersebut sambil menghampiri Abu Nawas.

"Kau juga yakin kalau ini kambing?" tanya Abu Nawas. Kini Abu Nawas juga yakin kalau keledai yang hendak dijualnya adalah seekor kambing. Alhasil, Abu Nawas pun menjual keledainya dengan harga jual seekor kambing. Hanya dihargai sebesar tiga dirham. Abu Nawas tidak menyadari kalau keempat orang yang ditemuinya telah bersekongkol menyebarkan informasi palsu untuk memanipulasi pikiran Abu Nawas.

Refleksi Cerita Abu Nawas

Apa yang dialami oleh Abu Nawas menjadi refleksi dari fenomena serupa yang terjadi pada era digital seperti sekarang. Jika dianalogikan, dalam cerita tersebut Abu Nawas ibarat masyarakat awam yang mengkonsumsi informasi di internet. Sementara empat orang yang bersekongkol menipu Abu Nawas, ibarat Saracen yang menebarkan informasi palsu demi meraup keuntungan material.

Dengan menggunakan 800 ribu akun Facebook palsu yang dimilikinya, Saracen menebarkan informasi palsu yang dibungkus dengan isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) di media sosial. Konflik Rohingya menjadi contoh konkretnya. Masyarakat terbelah akibat maraknya peredaran informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan sumbernya tersebut.

Dalam cerita di atas, setidaknya Abu Nawas masih beruntung karena ia hanya tertipu menjual keledai dengan harga jual kambing setelah mendapatkan informasi palsu. Setidaknya kerugian tersebut hanya menimpa dirinya sendiri. Sementara bagi korban informasi palsu di era sekarang, kerugian tidak hanya menimpa dirinya, melainkan juga menimpa hampir seluruh elemen masyarakat dalam segala bidang kehidupan.

Bijak dan Cerdas Membaca Informasi

Untuk menekan peredaran informasi palsu, pemerintah melalui lembaga yang berwenang telah menerapkan beberapa kebijakan. Mulai dari pemblokiran situs yang dianggap menjadi sumber berita hoax, penutupan akun media sosial, hingga melakukan perlawanan menggunakan konten-konten positif.

Kesadaran untuk melawan persebaran informasi palsu juga datang dari kalangan masyarakat umum, mulai dari mendirikan lembaga swadaya masyarakat anti berita hoax, menanamkan cara cerdas membaca informasi kepada anggota keluarga, hingga membuat aplikasi penyaring berita hoax. Kurio menjadi salah satu contoh produk aplikasi tersebut.

Aplikasi yang dikembangkan oleh 36 anak bangsa ini menggabungkan konten dari berbagai media terpercaya di Indonesia. Sehingga seluruh informasi memiliki sumber yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Pembaca juga dapat memilih kategori yang bisa mereka pilih untuk dibaca. Sehingga informasi yang masuk sesuai dengan keinginan pembaca.

Selain itu, fitur "Lokasimu" memungkinkan pembaca untuk mengetahui peristiwa yang terjadi di sekitar lokasi tempatnya berada. Suatu peristiwa yang terjadi di dekat lokasi pembaca memiliki daya tarik lebih sebab terdapat keterikatan geografis yang kuat.

Sudah dua minggu ini saya memakai aplikasi Kurio untuk membaca berita dari berbagai sumber, setelah membaca ulasannya di internet. Dibandingkan rubrik lain di Kurio, saya lebih sering membuka rubrik "Lokasimu". Meskipun saya tinggal di Kota Semarang, saya mengatur lokasi di Jawa Tengah. Tujuannya agar jangkauan informasi saya bisa sedikit meluas, sehingga saya juga dapat memantau peristiwa yang terjadi di kampung halaman saya di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Sebelumnya saya merasa terganggu dengan berita gosip seputar selebriti ketika membaca berita di sebuah situs. Namun setelah memasang aplikasi Kurio, saya benar-benar bisa membaca berita dengan nyaman sesuai dengan kategori yang saya inginkan. Aplikasi ini pun saya rekomendasikan kepada kawan-kawan saya salah membaca informasi.

Kurio menjadi sebuah aplikasi yang fleksibel dan terpercaya dalam membaca berita. Aplikasi ini bisa menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia agar menjadi pembaca yang cerdas. Seandainya aplikasi ini sudah ada pada zaman Abu Nawas, tentunya dia tidak akan pernah tertipu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun