Abu Nawas yang terkenal cerdik dan bijak pernah menjadi korban peredaran berita hoax. Ia terpedaya dengan kata-kata manis dari empat orang yang bersekongkol menyebarkan informasi palsu.
Ceritanya, suatu hari Abu Nawas berniat untuk menjual keledainya ke pasar. Dalam perjalanan, ia berjumpa dengan seorang tak dikenal. Ia berkata bahwa ia ingin membeli kambing yang akan dijualnya. Abu Nawas tidak menghiraukan orang tersebut, ia masih sangat yakin bahwa hewan yang akan dijualnya adalah keledai, bukan kambing.
Belum lagi sampai di pasar, Abu Nawas bertemu dengan orang kedua dan orang ketiga secara bergantian. Keduanya mengutarakan niat yang sama, membeli kambing yang akan dijual Abu Nawas. Di sini Abu Nawas mulai ragu dengan pikirannya, sebab sudah ada tiga orang yang mengatakan bahwa keledai yang akan dijualnya adalah seekor kambing.
Tiba di pasar, Abu Nawas bertemu dengan orang keempat. "Kambingmu bagus sekali," tutur orang tersebut sambil menghampiri Abu Nawas.
"Kau juga yakin kalau ini kambing?" tanya Abu Nawas. Kini Abu Nawas juga yakin kalau keledai yang hendak dijualnya adalah seekor kambing. Alhasil, Abu Nawas pun menjual keledainya dengan harga jual seekor kambing. Hanya dihargai sebesar tiga dirham. Abu Nawas tidak menyadari kalau keempat orang yang ditemuinya telah bersekongkol menyebarkan informasi palsu untuk memanipulasi pikiran Abu Nawas.
Refleksi Cerita Abu Nawas
Apa yang dialami oleh Abu Nawas menjadi refleksi dari fenomena serupa yang terjadi pada era digital seperti sekarang. Jika dianalogikan, dalam cerita tersebut Abu Nawas ibarat masyarakat awam yang mengkonsumsi informasi di internet. Sementara empat orang yang bersekongkol menipu Abu Nawas, ibarat Saracen yang menebarkan informasi palsu demi meraup keuntungan material.
Dengan menggunakan 800 ribu akun Facebook palsu yang dimilikinya, Saracen menebarkan informasi palsu yang dibungkus dengan isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) di media sosial. Konflik Rohingya menjadi contoh konkretnya. Masyarakat terbelah akibat maraknya peredaran informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan sumbernya tersebut.
Dalam cerita di atas, setidaknya Abu Nawas masih beruntung karena ia hanya tertipu menjual keledai dengan harga jual kambing setelah mendapatkan informasi palsu. Setidaknya kerugian tersebut hanya menimpa dirinya sendiri. Sementara bagi korban informasi palsu di era sekarang, kerugian tidak hanya menimpa dirinya, melainkan juga menimpa hampir seluruh elemen masyarakat dalam segala bidang kehidupan.
Bijak dan Cerdas Membaca Informasi
Untuk menekan peredaran informasi palsu, pemerintah melalui lembaga yang berwenang telah menerapkan beberapa kebijakan. Mulai dari pemblokiran situs yang dianggap menjadi sumber berita hoax, penutupan akun media sosial, hingga melakukan perlawanan menggunakan konten-konten positif.