Mohon tunggu...
Muhammad Nashihun
Muhammad Nashihun Mohon Tunggu... wiraswasta -

Saya biasa dipanggil Annas, lahir dipinggiran kota kecil salatiga, pendidikan terakhir Teknik Geodesi UGM. Sekarang tinggal di pamulang tangerang, sebagai pedagang online untuk alat-alat pemetaan dan GPS (www.gpsmurah.com) Sudah berkeluarga dan mempunyai satu orang anak, hampir dua. Interest ke teknologi kebumian, gadget, internet marketing, online store, dan kuliner.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kado Buat Istriku

21 Agustus 2010   03:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:50 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_234017" align="alignleft" width="300" caption="Dokumen Pribadi"][/caption] Sahuur...sahur...waktu menunjukkan pukul 02: 30 menit ! Teriakan sahur dari pengeras suara mushola sebelah terdengar nyaring di telingaku. Mataku yang masih ngantuk coba kubuka perlahan, seperti ada lem alteco yang menahannya, karena masih sangat ngantuk dini hari tadi. Kulihat istriku masih terpejam, terlihat gurat kecapekan di mukanya, tak tega aku membangunkannya. Untuk menyiapkan sahur untukku. Sorot lampu kamar yang temaram menerangi wajahmu, wajah letih dan kecapekan semakin terlihat di wajahmu. Sekitar lima menit aku memandangnya, aku sangat menyesal kadang membentakmu, memarahimu, walaupun aku tidak pernah sampai menamparmu. Empat tahun sudah, kita diikat dalam satu tali suci pernikahan. Kamu yang waktu itu baru wisuda sarjana, aku langsung meminangmu untuk menjadi pendamping hidupku. Aku tidak memberimu kesempatan kepadamu untuk berkarir, memanfaatkan ijazah sarjanamu, kamu rela menjadi ibu rumah tangga, untuk melahirkan anak-anakku, sungguh pengorbanan yang tiada tara. Gajiku tidak ada dua juta waktu itu, belum dipotong angsuran KPR, cicilan hutang, bayar listrik, iuran RT, kurang dari sejuta uang bulanan kita, tapi kamu tetap tersenyum penuh syukur dengan apa yang aku dapatkan. Kamu tidak menuntut diluar kemampuanku, walaupun aku tahu mungkin kamu menderita, sungguh itu pengorbanan yang luar biasa buatku. Kamu lahir dari keluarga yang punya jabatan tinggi dan berada, tapi kamu bisa menerimaku. Aku bukan apa-apa, aku hanya pemuda desa dari keluarga yang sangat-sangat sederhana, tapi kamu mau menerimaku apa adanya. Kalau kamu mengharapkan materi pasti kamu tidak akan memilihku jadi suamimu. Aku tahu banyak perwira-perwira yang ingin meminangmu, banyak teman-temanmu yang kaya ingin menikahimu. Tapi kamu tetap memilihku, terimakasih istriku, semoga aku bisa menjadi suami terbaik untukmu. Aku memang bukan laki-laki yang romantis, kenapa mulut ini sangat susah untuk memuji kecantikanmu, sangat susah untuk memuji betapa berharganya dirimu dimataku. Seperti ada biji buah kedondong nyangkut dikerongkongan ini, ketika aku akan memujimu, sehingga tak sepatah katapun mampu terucap dari mulutku. Apakah karena egoku, sehingga aku malu mengakui betapa hebat istriku, atau karena aku dilahirkan dari keluarga yang pendiam yang jarang mengungkapkan suatu perasaan. Aku ingin berubah tapi ternyata sangat susah. Kembali aku memandangmu, disisimu ada anak kita yang sudah berumur tiga tahun dan diperutmu sudah ada janin buah cinta kita yang sudah delapan bulan. Gurat-gurat kecapekan, kepenatan semakin terlihat diwajahmu. Tak berapa lama lagi, pasti kamu akan terbangun untuk membuatkan susu untuk anak kita, kadang aku mendengar teriakan Ochan minta susu, aku pura-pura tertidur, karena kantukku, betapa jahat diriku membiarkanmu tertatih-tatih ke dapur membuatkan susu Ochan. Perutmu semakin besar, tapi kamu tidak mengeluh, bahkan pekerjaan yang harusnya aku lakukan kadang dengan ikhlasnya kamu kerjakan. Kamu dengan ikhlas mengantar Ochan ke sekolah, bahkan ikut menjadi komite sekolah, tetap bersosialisasi di warga dengan aktif di RT, bahkan kamu menjadi akunting,menjadi sekretaris pribadiku, bahkan kadang menjadi sopir pribadiku tanpa aku bisa menggajinya. Disaat kamu belanja, aku sering kali meninggalkanmu, karena untuk memilih baju buatmu atau buat ochan perlu waktu berjam-jam, itu yang membuatku kadang tidak sabar. Padahal aku tahu itu kamu mencari baju yang paling bagus dengan harga yang paling ekonomis. kenapa aku tidak bisa menjadi suami yang bisa memberikan masukan, apalagi untuk memilihkan pakaian yang terbaik untukmu aku tidak bisa. Maafkan istriku,kadang aku tinggal ngopi disaat menunggumu belanja untuk membuang rasa kebosananku. Tak terasa air mata ini menetes, ketika semakin dalam aku memandangmu. Semakin aku tersadar betapa beratnya pengorbananmu selama ini, dan sepertinya aku kurang menghargaimu. Empat tahun sudah kau menjadi istri yang terbaik untukku. Walaupun ada pertengkaran-pertengkaran itulah dinamika rumah tangga kita. "Susu....susu....susu...Bunda !" terdengar rengekan Ochan terbangun meminta susu....dan aku bergegas ke dapur untuk membuatkan sebotol susu hangat buat anakku. Dan membiarkanmu terlelap sejenak untuk mengurangi keletihanmu. Selamat ulang tahun pernikahan yang ke empat istriku.... (Pamulang, 21 Agustus 2010)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun