Menjadi wakil presiden baginya bukan posisi yang strategis, apalagi selama ini, posisi sebagai wakil presiden seakan seperti pelengkap penderita. Umumnya setelah menjadi wakil presiden langsung masuk kotak. Karirnya mentok karena populeritasnya redup. Maukah AHY mengalami seperti itu?
Lalu, sebaiknya bagaimana? Jika, terpaksa harus kembali ke koalisi perubahan, bisa saja nanti menjadi menteri, pimpinan dewan, atau posisi yang lain untuk mengasah kemampuan politiknya sekaligus mendongkrak populeritas dan elektabilitasnya pada pemilu mendatang. Sepertinya AHY masih perlu bersabar.Â
Usianya masih muda, masih banyak yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kapasitas politiknya. Â Akan tetapi, maukah AHY dengan Demokratnya kembali ke koalisi. Mungkin di sini ada kegamangan.Â
Jika pun harus bergabung dengan koalisi Ganjar dan Prabowo, seberapa besar daya tawarnya di hadapan kedua koalisi tersebut? Mungkin tidak akan terlalu mendongkrak suara Partai Demokrat atau bisa jadi malah turun suaranya.
Ataukah Demokrat memilih tidak bergabung ke semua koalisi tersebut dengan mengambil sikap netral? Jika sikap itu yang diambil lalu menjadi oposisi dari pemerintahan yang akan terpilih nanti, apakah bisa?Â
Akankah dengan tidak bergabung dengan salah satunya mampu mendongkrak suaranya? Bisa jadi malah kebalikannya, terjun bebas. Atau katakan berada di posisi netral agar dianggap sebagai partai yang terzalimi, terzalimi oleh siapa? Bukankah itu hanya sebatas kisruh internal koalisi saja, bukan terzalimi oleh penguasa. Â Mungkin ini yang perlu menjadi renungan bagi AHY.
AHY dalam hal ini perlu merenung kembali, jika partai demokrat ingin bisa terus menjadi kendaraan politiknya. Saat ini yang utama baginya adalah menyelamatkan partainya.Â
Fokus membesarkan partainya. Hal ini bisa dilihat pada perolehan suara Partai Demokrat tahun 2019 yang turun, yaitu 10.876.507 (7,77 persen) dari yang sebelumnya pada pemilu tahun 2014 sebesar 12.728.913 (10,19 persen).Â
Apalagi dalam survei terakhir versi Voxpol Center, Partai Demokrat berada pada kisaran 4.2%. Kisruh saat ini mungkin meningkatkan populeritas AHY dan Partai Demokrat, tetapi belum tentu dengan elektabilitasnya.
Tentunya, Partai Demokrat sebagai partai yang pernah berkuasa selama 2 periode, perlu merenung lagi. Kembali ke pangkuan koalasi perubahan ataukah bergabung ke kaolisi lain? Â Yang realistis kembali ke pangkuan koalisi perubahan. Sepertinya Surya Paloh dan PKS akan menerimanya dengan senang hati.
*Penulis adalah editor buku dan pemerhati sosial-politikÂ