Mohon tunggu...
Nasha Prasetyo
Nasha Prasetyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Basket dan bermain game ramah pada siapa pun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

sejarah kesenian wayang kulit

13 Januari 2025   21:01 Diperbarui: 13 Januari 2025   21:08 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Komunikasi Antar Budaya

Ilmu Komunikasi – Fisip Universitas Muhammadiyah Jakarta.

          

  Disusun oleh :

Ahmad Badru Jamal - 23010400021

Muhammad Raja Chiko Putra - 23010400004

Muhammad Nasha Prasetyo - 23010400008

Muhammad Hatta Priambodo - 23010400022

Malik Al Qadr Tirtodiningrat - 23010400093

Dalam berkembangnya zaman wayang mengalami perubahan beberapa faktor yaitu dalam atribut, fungsi, dan peran wayang telah berubah seiring dengan perkembangan masyarakat pendukungnya Dari generasi ke generasi, wayang telah menggambarkan berbagai peristiwa sejarah.

Selama sekian lama, budaya pewayangan telah melekat dan menjadi bagian dari bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Jawa. Fakta bahwa masih banyak orang yang menggemari wayang menunjukkan betapa pentingnya dan berharganya wayang bagi masyarakat. Dalam agama Islam , sesembahan digunakan sebagai cara untuk menyebarkan ajaran agama. Di sini, nenek moyang yang dimaksudkan adalah para Nabi dan Rasul. Mereka memulai proses perpaduan budaya pertama melalui silsilah wayang dengan Nabi-nabi. Selain menggunakan wayang sebagai sarana dakwah, Wali Songo juga menggunakan rukun Islam sebagai sarana syiar dan dakwah Islam. Ini menunjukkan makna rukun Islam, yaitu berusaha untuk mengubah seseorang dari jahiliyah.


Wali Songo memiliki ciri-ciri tertentu yang membuatnya mudah diserap dan diterima oleh masyarakat Jawa. Ini termasuk Sunan Giri, yang disebut oleh kolonial sebagai "paus dari Timur", dan Maulana Malik Ibrahim, yang menempatkan dirinya sebagai "tabib" bagi kerajaan Hindu Majapahit. Sunan Kalijaga, yang menciptakan karya seni dengan menggunakan nuansa Hindu dan Budha yang dapat dipahami oleh masyarakat Jawa. Sunan Bonang dan Sunan Gunungjati membantu Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam, Secara historis Sunan Kalijaga hidup dari akhir abad kelima belas hingga abad keenam belas Masehi. Pada tahun 1478, Kerajaan Hindu-Buddha Majapahit runtuh, dan tidak lama kemudian digantikan oleh Kesultanan Demak yang beragama Islam dari tahun 1481 hingga 1546. Ini dimulainya periode baru dalam sejarah dan budaya Jawa yang dikenal sebagai "zaman kabudan". Pada periode ini, budaya Jawa dipengaruhi oleh budaya Hindu-Budha, dimulai dari kerajaan Singosari hingga kerajaan Majapahit, dan diakhiri dengan berdirinya kerajaan Demak. Pada zaman ini, budaya Jawa bercorak Islam. Perubahan ini tentunya tidak langsung dan tanpa hambatan terjadi. Orang-orang Jawa yang sebelumnya menganut agama Hindu, Budha, dan animisme, pasti tidak akan ingin langsung beralih ke Islam. Sunan Kalijaga menyadari masalah ini dan mencari cara agar dakwah Islamisasi dapat berjalan dengan lancar tanpa perlawanan perlawanan atau bahkan darah. Salah satu tujuan utama Sunan Kalijaga adalah menyebarkan agama Islam, yang dia lakukan dengan bergabung dengan lembaga dakwah Walisongo. Di sisi lain, Sunan Kalijaga tidak mau menyebarkan agama Islam di Jawa dengan paksaan, apalagi sampai ada perlawanan dari masyarakat.


Untuk menyebarkan agama Islam, para wali memilih pendekatan kompromistis karena sosiologis masyarakat Jawa sangat terikat pada budaya nenek moyangnya. Karena daerah pesisir jauh dari pengawasan kerajaan Majapahit, para wali memasukkan dakwah Islam ke kalangan rakyat bawah yang tinggal di sana. Para wali dan masyarkat yang sudah masuk Islam mulai membangun kekuatan dengan basisnya di pesantren. Di mana kekuatan yang digalang oleh para wali ini berhasil menandingi kewibawaan kerajaan Jawa Hindu yang akhirnya runtuh.


Fungsi Wayang dalam penyampaian pesan  Wayang kulit dengan pesan berasal dari kepercayaan dan budaya setempat mengenai budi pekerti luhur, atau bahkan berupa kritik sosial, dan dimainkan oleh seorang dalang.


Pertama Wayang mulai pertama wayang yang dikenalberasal dari masa Prabu Jayabaya , yang berlangsung pada tahun 1135–1157 .Wayang berasal dari masa pemerintahan Prabu Jayabaya , yang berlangsung antara tahun 1135 hingga 1157. Menurut Dalam filsafat, wayang berarti bayangan tentang kehidupan. Seperti yang telah disebutkan , apa adalahtujuan tujuan darikulit wayang yang perlu dipahami? kulit wayang yang perlu dipahami?

  • 1. Wayang sebagai pemujaan roh leluhur Kultus juga berkaitan dengan kepercayaan yang dianut masyarakat umum pada awal terjadinya perang , yaitu animisme dan dinamisme . digunakan sebagai media bagi leluhur roh pemujaan. Oleh karena itu Hasilnya, wayang dulunya dikatakan memiliki kedua hal tersebutmemiliki kemampuan sakral dan magis .kemampuan sakral dan magis .
  • 2. Wayang sebagai media dakwah Ketika Islam masuk ke Nusantara , fungsi wayang mulai berubah .untuk berubah. Sunan Kalijaga adalah seorang Wali SonoSono yang mengajarkan Islam suluk dan wayang .WHO mengajarkan Islam suluk dan wayang.
    Islam juga sering Jugadiajarkan melalui petuah dan sindiran adegan jenaka, yang dilakukan oleh tokoh - tokoh yang telah ada sebelumnya , seperti Punakawan .Seringkali diajarkan melalui petuah dan sindiran adegan jenaka yang dibawakan oleh tokoh- tokoh yang sudah ada sebelumnya , seperti Punakawan.
  • 3. Wayang sebagai alat bahasa ingris  Alat pengajaran Pendidikan berupa pesan nilai-nilai, etika , budi pekerti , politik, sosial, dan kewarganegaraan yang diungkapkan termasuk dalam pementasan wayang .termasuk dalam pementasan wayang.

  • 4. Wayang sebagai hiburan rakyat Wayang juga dianggap juga dianggapsebagai salah satu bentuk hiburan bagi masyarakat umum , dengan cerita -cerita yang membangkitkan semangat serta alunan musik gamelan yang membuat wayang lebih enak didengar .sejenis hiburan untuk masyarakat umum , dengan cerita - cerita yang membangkitkan semangat dan alunan gamelan yang membuat wayang semakin enak didengar .

Wayang kulit ini adalah evolusi baru dari wayang beber, yang sudah ada sejak zaman airlangga. Wayang Kulit adalah alat pendidikan dan dakwah yang digunakan Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga juga menulis cerita-cerita baru untuk dimainkan. Sunan Kalijaga memasukkan unsur pendidikan moral, ketuhanan, dan hidup bermasyarakat. Dia juga menggunakan tokoh perwayangan yang disukai rakyat dalam dialog-dialog tentang tasawuf dan akhlakul karimah. Dia tahu benar bahwa orang-orang yang dia hadapi adalah orang Hindu dan Budha, yang keseluruhan ajarannya berpusat pada kebatinan.


Menurut salah satu orang yang berhasil kami wawancarai, ia adalah Bapak Wijayanto seorang mantan dalang profesional di desa Mojosari, Kota Mojokerto yang sekarang tinggal di Jakarta. Beliau menyampaikan bahwa “budaya wayang kulit sudah ada sejak zaman kerajaan hindu, saat itu wayang kulit digunakan oleh para tokoh agama untuk menyebarkan ajaran agama islam, salah satu nya adalah seorang Wali Songo yaitu Raden Mas Said atau yang biasa dikenal dengan sebutan Sunan Kalijaga”. Selain itu beliau juga menyampaikan sebuah pesan yang ditujukan kepada kaum generasi muda yang dimana isi pesan itu adalah “Kalian sebagai generasi penerus bangsa wajib menjaga kebudayaan wayang ini, karena saat ini banyak anak muda yang lupa akan budaya nya. Kesenian wayang ini warisan dari Leluhur kita dahulu, dan kalau bisa diadakan kembali pertunjukan wayang kulit setiap ada acara kesenian budaya maupun dari dalam negeri maupun internasional, alasan nya supaya wayang kulit ini tidak hanya terkenal di indonesia saja melainkan harapan saya bisa terkenal sampai mancanegara”. Begitulah hasil wawancara kita dengan Pak Wijayanto yang dimana beliau berpesan untuk menjaga kesenian ini dan baliau berharap kepada kaum milenial untuk mempelajari cara memaikan wayang dan apa pesan pesan yang terkandung di dalam nya.

            Sunan Kalijaga selalu menggunakan wayang sebagai alat untuk berdakwah di berbagai daerah. Ternyata, wayang adalah alat yang efektif untuk mendekatkan dan menarik simpati rakyat terhadapnya agama. Kemampuan Sunan Kalijaga untuk mendalang (memainkan wayang) sangat menarik, sehingga dia dikenal dengan banyak nama samaran di berbagai tempat. Di daerah Pajajaran disebut Ki Dalang Sidabrangti , di Tegal disebut Ki Dalang Bengkok , dan di Purbalingga disebut Ki Dalang Kumendung. Cara Sunan Kalijaga berdakwah dengan luwes membuat rakyat Jawa yang masih awam itu hidup dengan ramah, bahkan tanpa jubah, sehingga masyarakat tidak merasa angker dan mau hidup dengan senang hati. Banyak orang Jawa yang menganggap Sunan Kalijaga sebagai guru agung dan suci, terlepas dari anggota dewan wali lainnya.

Pengaruh Ajaran Islam dalam pertunjukan Wayang.

Masuknya wayang ke Jawa berdampak pada agama dan kebudayaan, termasuk wayang kulit. Wayang dan alat gamelan, seni budaya istana yang sudah berkembang pada zaman Hindu-Budha, dibawa ke Demak ketika kerajaan Majapahit runtuh. Atas Arah Raden Patah Walisongo, mereka menyempurnakan bentuk wayang dan membuat lakon carangan yang menggabungkan unsur-unsur aqidah, ibadah, dan akhlaq sesuai dengan ajaran Iskam.  Sunan Kalijaga mengajarkan moral, ketuhanan, dan hidup bermasyarakat. Dengan masuknya Islam ke Jawa, bentuk wayang yang ada berubah, mempengaruhi cerita yang dibawakan. Bentuk wayang berubah dan cerita yang dibawakan semakin detail. Karena agama Islam melarang gambar yang menyerupai bentuk manusia. Wayang digunakan oleh Walisongo untuk menyebarkan Islam di Jawa selain sebagai media hiburan. Bentuk wayang juga diperbaiki lagi dan jumlahnya ditambahkan agar dapat digunakan untuk memainkan cerita.

CARA PEMBUTAN WAYANG KULIT.

 1. Kulit sapi atau kerbau adalah bahan kulit utama untuk wayang kulit karena teksturnya yang kuat dan lentur. Bahan kulit ini ideal untuk diolah dan dibentuk menjadi figur wayang. Dengan cara ini, bagian wayang dapat digerakkan.

2. Cuci dan rendam kulit yang sudah dipilih untuk menghilangkan lemak dan bau yang tidak sedap. Setelah itu, kulit dirawat untuk membuat permukaannya rata untuk diukir. Kemudian dijemur hingga kering sebelum diproses.

3. Pemotongan dan Pembentukan Dasar Kulit Kering: Kulit kering dipotong sesuai ukuran untuk membuat tokoh wayang. Garis besar seperti kepala, badan, dan anggota tubuh karakter digambar secara manual. Kulit akan disiapkan untuk tahap pengukiran detail melalui proses ini.

  4. Pengukiran Pola: Proses pengukiran adalah bagian terpenting dari proses pembuatan wayang kulit. Di sini, pola ornamen, seperti pakaian, wajah, dan hiasan, diukir dengan sangat presisi menggunakan alat tatah yang tajam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun