Mohon tunggu...
Nasha Putri Han
Nasha Putri Han Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Sumatera Utara - Ilmu Komunikasi

Let’s connect or you can reach me out to nashaaph@gmail.com☁️

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

ChatGPT dalam Dunia Pendidikan

22 Mei 2023   15:42 Diperbarui: 22 Mei 2023   15:46 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesya Salsabilla Nst 200904041 & Nasha Putri Han 200904049

(Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara)


Drs. Syafruddin Pohan, M.Si, Ph.D. (Dosen Mata Kuliah Menulis Feature & Editorial)

ChatGPT (Chat generative pre-training transformer) OpenAI merupakan teknologi mesin berbasis kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence) yang dilatih untuk bisa menirukan percakapan manusia menggunakan teknologi NLP (Natural Language Processing). Digunakan untuk membangun model bahasa alami yang dapat merespons perintah atau pertanyaan pengguna dengan runtutan kata-kata yang tepat dan menarik. ChatGPT digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk chatbot, asisten virtual, dan sistem tanya jawab.

Pada kenyataannya ChatGPT dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan suatu tulisan yang cukup ilmiah atau bahkan buku dengan prompt yang dirumuskan di awal dengan teknik yang baik dan efektif. Sehingga peluang inovasi menggunakan teknologi ini terbuka lebar untuk pendidikan di Indonesia, salah satunya dalam meningkatkan kemampuan menulis peserta didik di sekolah/kampus untuk meraih enam kompetensi yang dibutuhkan di Era Education 4.0. Enam kompetensi itu adalah berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, kreativitas, pendidikan karakter dan kewarganegaraan.

Sebuah studi mengungkap pesatnya pertumbuhan dari chatbot berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) Garapan OpenAI, ChatGPT. Bahwasanya chatbot AI yang sebenarnya masih tahap pengembangan ini sudah menjangkau lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanan, pada bulan Januari 2023 saja. Tentu ini sangatlah cepat, mengingat ChatGPT baru dirilis untuk umum pada 30 November 2022 yang lalu.

Dilansir dari Engadget, Sabtu (4/2/2023), dalam bulan pertama alat itu rilis saja, sudah ada sekitar 57 juta pengguna aktif bulanan. Sementara di Januari 2023, platform itu sudah mendapat kunjungan dari sekitar 13 juta pengguna setiap harinya. 

Analis UBS Lloyd Walmsley menjabarkan, sebagai perbandingan, TikTok membutuhkan sembilan bulan setelah mereka rilis secara global, untuk mendapatkan 100 juta pengguna bulanan meski popularitasnya sangat besar, terutama di generasi muda. Hal ini membuat ChatGPT menjadi satu-satunya platform tercepat yang mencapai 100 juta pengguna.

Dalam paradigma konstruktivisme, ChatGPT dianggap sebagai alat yang membantu pengguna untuk membangun dan memahami pengetahuan. Konstruktivisme berfokus pada pembelajaran yang didasarkan pada pengalaman individu. 

Dalam konteks chatbot, pengguna membentuk pemahaman mereka dengan mengajukan pertanyaan dan menerima balasan dari bot. Hal ini memungkinkan pengguna untuk membangun pengetahuan mereka sendiri melalui proses interaktif dengan bot. Terlebih lagi, dalam konstruktivisme, belajar adalah kegiatan aktif yang dilakukan oleh individu, dan chatbot memungkinkan pengguna untuk memperoleh pengalaman aktif dalam proses belajar.

Melihat kemampuan yang dimiliki oleh ChatGPT dalam menghasilkan tulisan yang terstruktur dengan baik, dunia pendidikan pun bereaksi. Los Angeles Unified School District memblokir akses ke website OpenAI ChatGPT pada jaringan maupun perangkat sekolah-sekolah di distrik mereka pada 12 Desember 2022. Tindakan ini diikuti oleh New York City Department of Education pada akhir December 2022 dengan melakukan hal yang sama terhadap sekolah sekolah di wilayah mereka. Alasan pelarangan yang dikemukakan adalah penggunaan ChatGPT tidak mendukung dalam membangun kemampuan pemecahan masalah (problem solving) dan berpikir kritis (critical thinking) para siswa sebagai modal menuju kesuksesan akademis dan kehidupan sepanjang hayat (Rosenzweig-Ziff, 2023).

 

Dampak Positif :

1. Kemudahan Akses Informasi

ChatGPT dapat digunakan sebagai sumber informasi yang mudah diakses bagi mahasiswa dan dosen. Informasi yang diperlukan dapat ditemukan dengan mudah dan cepat tanpa harus membuka banyak buku atau menjelajah web.

2. Individualisasi Pembelajaran

ChatGPT dapat digunakan untuk adaptasi pembelajaran sendiri, yang membuat setiap mahasiswa belajar secara individual dengan menyesuaikan kebutuhan mereka sendiri. Kustomisasi seperti ini membantu para mahasiswa mendorong pertumbuhan, belajar dengan cara yang sesuai dengan keyakinan mereka sendiri, dan mengeksplorasi topik yang menarik bagi mereka.

3. Penghematan Waktu Dan Biaya

ChatGPT dapat menghemat waktu dan biaya bagi dosen dan mahasiswa. Dalam contoh ini, ChatGPT memungkinkan pengiriman tugas untuk diperiksa dalam waktu singkat, sehingga dosen dapat memberikan penilaian dengan cepat tanpa harus menginvestasikan banyak waktu dan sumber daya seperti dalam penghasilaan tugas secara manual.

 

Dampak Negatif :

1. Kerugian Aspek Sosial

ChatGPT mendorong ilmuwan untuk mempertanyakan bagaimana sistem ini mempengaruhi komunikasi sosial pada masa depan. Bila mahasiswa mulai bergantung pada teknologi belajar alih-alih berinteraksi langsung dengan manusia, kemampuan mereka untuk berkomunikasi dan bekerja sama dalam kelompok mungkin terhambat.

2. Ketergantungan pada Teknologi

Penggunaan ChatGPT dalam pembelajaran mungkin menyebabkan seseorang hanya bergantung pada teknologi dan membatasi keunggulan aspek intelektual dan interpersonal yang menonjol pada pengalaman belajar manusia. Mahasiswa mungkin kehilangan kemampuan untuk berpikir kritis atau menyelesaikan masalah secara mandiri bila ChatGPT terus digunakan.

3. Kelemahan dalam Penilaian

Seperti yang sebelumnya disebutkan, ChatGPT membahas untuk mendukung proses pembelajaran. Namun, teknologi ini hanya mampu memproses informasi tanpa memperhatikan konteks dan nuansa penyampaian dari pengajar, sehingga menjadi kurang efektif dari sisi penilaian.

4. Potensi Kesalahan Teknis

Meskipun ChatGPT pada umumnya sangat canggih, namun tetap terdapat kemungkinan kesalahan teknis. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan dalam memberikan jawaban atau rekomendasi, yang pada gilirannya dapat menyebabkan kebingungan bagi mahasiswa dan dosen.

5. Kepuasan Pasar dan Keterbatasan Sumber Daya

Penggunaan teknologi seperti ChatGPT mungkin cenderung lebih mahal, dan tidak semua sekolah atau institusi bisa membiayai untuk menerapkannya. Tidak semua orang juga terbiasa menggunakan teknologi, dan membutuhkan banyak waktu dan sumber daya untuk membiasakan diri dengan penggunaannya.

ChatGPT memiliki relevansi besar dalam dunia pendidikan. Potensi yang ada pada ChatGPT sangat membantu meningkatkan efisiensi dan kualitas pengajaran dalam dunia pendidikan. Tetapi, lebih bijak lagi jika penerapan ChatGPT pada pendidikan perlu dipertimbangkan dengan baik dan jangan menjadi bergantung pada teknologi, sebaiknya tetap membuka hubungan komunikasi yang sehat antara guru, siswa, dan interaksi secara langsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun