Diperkirakan setiap harinya enskripsi end-to-end telah melindungi pesan lebih dari 1 miliyar orang pengguna. Enskripsi yang kuat diperlukan untuk melindungi hak komunikasi dan penyampaian pendapat pengguna platform WhatsApp termasuk jurnalis dan pengkritik pemerintah.
Oleh karena itu, pihak Facebook menolak upaya pemerintah AS untuk membangun pintu belakang, sebab hal itu akan berpotensi merusak privasi dan keamanan pengguna di seluruh dunia. Facebook menghormati penegak hukum AS, namun lebih menghargai bahwa setiap orang berhak berkomunikasi online secara pribadi.
Ancaman Keamanan
WhatsApp memungkinkan pengguna mencadangkan dan memulihkan pesan dan media yang tidak sengaja terhapus di Android (Google Drive) dan Ios (iCloud). Namun, cadangan file yang disimpan tidak dienskripsi end-to-end. Hal itu menimbulkan file rentan diretas dan menjadi ancaman keamanan WhatsApp.
Dua kasus paling terkenal terjadi di India dan Brazil.
WhatsApp pernah terlibat dalam kekerasan yang marak terjadi di India pada Tahun 2017-2018. Pesan palsu berisi info pencurian anak diteruskan dan menyebar ke seluruh platform.
Lain halnya di Brazil, WhatsApp menjadi sumber utama berita palsu sepanjang pesta demokrasi 2018 yang menimbulkan dampak negatif kepada para kandidat.
Saat itu informasi digital menjadi masalah yang sulit diselesaikan. Namun, kini WhatsApp telah menerapkan beberapa pembaruan yaitu pembatasan pengiriman pesan yang sama hanya ke 5 grup berbeda untuk mencegah penyebaran berita bohong.
Kini pengguna WhatsApp bisa membuat status seperti di Insta Stories yang sifatnya lebih pribadi. Keuntungannya, WhatsApp memungkinkan pengguna untuk mengontrol penonton status.
Namun, WhatsApp tidak menjelaskan tentang kontak yang di blokir bisa melihat status WhatsApp atau tidak.
Terakhir, ancaman malware di WhatsApp. Basis pengguna yang besar, WhatsApp berpotensi menjadi target kejahatan cyber. Banyak kasus penjahat cyber mencoba mengotak-atik WhatsApp Web.
Untuk itu perlu diperhatikan pengguna harus mengunduh aplikasi WhatsApp yang asli via Android dan iOS. Sebab banyak aplikasi tiruan yang memiliki tampilan mirip (sebenarnya palsu) yang sengaja dibuat hacker untuk meretas data pengguna.