Namun, kenyataannya, banyak kader Muhammadiyah yang lebih terfokus pada pencapaian personal dan penguatan posisi dalam struktur organisasi, ketimbang berupaya menciptakan solusi nyata atas masalah sosial yang lebih besar. Pembaruan yang diharapkan seharusnya bukan hanya dalam bentuk peningkatan jumlah pendidikan atau pengembangan dakwah semata, tetapi juga dalam hal pemikiran yang lebih terbuka, progresif, dan adaptif terhadap masalah sosial kontemporer.
Kader Muhammadiyah, meskipun banyak yang berhasil meraih prestasi di berbagai bidang, harus menghadapi kritik terhadap klaim superioritas yang sering kali tidak terukur dan hanya dilihat dari sisi prestasi individu atau kontribusi terbatas pada sektor tertentu. Superioritas ini perlu dikritisi dari perspektif yang lebih luas, yaitu sejauh mana kader Muhammadiyah benar-benar mampu memberikan kontribusi signifikan dalam mengatasi tantangan sosial yang kompleks dan memperjuangkan keadilan bagi semua lapisan masyarakat.
Ketika etos kerja dan moralitas yang dijunjung tinggi hanya terjebak dalam rutinitas dan konservatisme, serta intelektualitas yang dimiliki tidak dijadikan dasar untuk menghasilkan solusi-solusi progresif, klaim superioritas tersebut akan semakin terasa kosong. Kader Muhammadiyah seharusnya tidak hanya dianggap superior karena prestasi individual atau pencapaian yang bersifat sementara, tetapi karena kemampuannya untuk memberikan dampak nyata yang lebih besar bagi masyarakat dan bangsa. Tanpa kesadaran akan kebutuhan untuk terus bertransformasi dan menghadapi tantangan dengan perspektif yang lebih luas, klaim superioritas ini hanya akan menjadi retorika tanpa makna. Perkembangan dunia digital telah mengubah secara signifikan cara dakwah dilakukan, terutama dalam konteks organisasi Islam seperti Muhammadiyah. Dengan adanya media sosial dan teknologi digital, dakwah kini lebih mudah diakses dan disebarluaskan, memungkinkan pesan keagamaan menjangkau audiens yang lebih luas dan beragam. Namun, tantangan  seperti  ketimpangan  digital  antar  generasi  dan  kelompok  sosial  tetap  ada, mengakibatkan beberapa pihak mungkin tertinggal dalam memperoleh manfaat dari dakwah digital. Oleh karena itu, penting bagi Muhammadiyah untuk mengembangkan strategi yang tepat dalam menghadapi perubahan ini, agar dakwah tetap relevan dan inklusif di era digital. Penelitian lebih lanjut mengenai "Strategi Dakwah Muhammadiyah di Era Digitalisasi: Inovasi dan Tantangan" sangat diperlukan untuk memahami dan mengatasi dinamika yang terjadi[1]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H