Mohon tunggu...
Narwanto Terasspeda
Narwanto Terasspeda Mohon Tunggu... wiraswasta -

Menulis sambil tungguin Ternak Sepeda beranak pinang,

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

(Teruskan) Perseteruan Negara Serumpun Demi Industri Sepak Bola

25 Maret 2012   18:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:29 1159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_168321" align="aligncenter" width="523" caption="Negeri Sembilan vs Persebaya 1927, sumber: http://www.facebook.com/narwanto"][/caption]   Tidak ada habisnya bicara soal perseteruan dua negara serumpun ini. Bukan hal baru memang, konon karena diawali persoalan klaim sebuah wilayah, kebudayaan, kesenian salah satu negara berhasil memicu perseteruan awet hingga saat ini. Karena sikap pemerintah negeri ini yang terkesan kurang "tegas" oleh sebagian warga Indonesia yang sudah haus akan sosok ketegasan dari seorang pemimpin negara. Akibatnya, penyelesaian perseteruanpun akhirnya berlarut-larut tanpa ujung. Hal ini memicu sebagian warga Indonesia untuk mencari jalan lain demi menjaga "harga diri" atas apa yang terjadi. Berbagai cara dan tindakan coba disampaikan entah melalui unjuk rasa, komentar, tulisan bahkan bidang olahraga diajang internasional dijadikan sebagai media pelampiasan kehausan akan rasa nasionalisme, seperti itu kira-kira apa yang dirasakan oleh sebagian warga negeri ini. Kini, sepak bola sepertinya menjadi salah satu media yang dianggap bisa mewakili sebagian warga negara guna menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah negara besar yang tidak mudah untuk dipecundangi oleh negara lain, salah satunya oleh Malaysia. Lepas dari kondisi persepakbolaan Indonesia yang sedang dalam masa peralihan menuju dunia industri persepakbolaan profesional walau sedikit terseok-seok. Tidak berlebihan memang, untuk negara dengan jumlah penduduk sebesar ini menjadikan sepakbola sebagai industri besar yang  diperebutkan. Kekalahan demi kekalahan dalam pertandingan partai final ketika berhadapan dengan Malaysia, semakin menambah daftar panjang rasa "dendam" moral bagi pecinta bola tanah air. Harapan besar itu masih ada hingga terwujudnya tim nasional sepak bola yang benar-benar ideal untuk menjawab rasa penasaran tersebut, namun ada apa sebenarnya? Kini, sepertinya ada yang menangkap cukup jeli kondisi ini menjadi sebuah peluang positif menuju kemajuan sepak bola tanah air. Suhu perseteruan yang masih terus memanas hingga kini beralih ke gengsi sebuah kemenangan mengolah si kulit bundar dilapangan. Pertandingan-pertandingan ujicoba, persahabatan, liga-liga baru digulirkan entah dengan konsep apapun itu. Hal ini tidak harus melibatkan kesebelasan tim nasional antar kedua negara, namun dimulai dari antar klub kedua negara. Tidak sembarang klub dan hanya klub terpilih yang bisa tampil dalam ajang seperti ini. Kriteria klub yang layak bisa ditentukan dan dipilih oleh penyelenggara kedua negara dari berbagai faktor, terutama dengan jumlah pendukung fanatik yang loyal, akan semakin memiliki peluang besar untuk bisa bergabung dan bermain. Hal ini jelas tidak lain karena berhubungan dengan dunia informasi atau media yang memang membutuhkan rating tinggi dari apa yang diinformasikan kepada khalayak ramai, apalagi pertandingan seperti ini masuk dalam pertandingan internasional. Pertandingan antara Negeri Sembilan FA vs Persebaya 1927 yang baru saja berlangsung dengan hasil imbang dengan skor 2:2 dan akan bertanding kembali di Surabaya bulan depan yang disiarkan langsung oleh RCTI menjadi salah satu contoh. Tim Negeri Sembilan FA sebagai klub lokal Malaysia yang berada di peringkat ketujuh klasemen sementara Malaysian Super League (MSL), pernah menjuarai Malaysia Cup tahun lalu dan juara Community Malaysia Sheld awal tahun ini. Hampir dipastikan akan menyedot banyak perhatian pecinta sepakbola terutama di tanah air dan warga Indonesia yang berada di Malaysia, sepertinya inilah peluang yang diambil oleh penyelenggara selain menambah pengalaman jam terbang klub masing-masing dalam ajang internasional. Banyak yang berharap Persebaya 1927 atau klub lain sebagai wakil Indonesia dapat memetik kemenangan disetiap pertandingan terutama dari pihak pecinta sepak bola Indonesia. Pertandingan semacam ini sudah tidak berbicara lagi mendukung sebuah klub melainkan sebuah negara yang memang sebelumnya terselimuti rasa "dendam" yang selama ini selalu muncul jika kedua negara serumpun ini bertemu. Wajar jika rasa nasionalisme muncul di setiap benak pendukung ketika pertandingan-pertandingan semacam ini sering digelar. Apa yang didapat? Pengalaman, harapan, kepuasan pada kondisi haus akan kemenangan bisa saja terpenuhi. Dilain sisi menjadi sebuah ladang bisnis yang cukup menjanjikan bisa mendulang rupiah bagi pelaku-pelaku usaha hiburan ditanah air. Namun akankah perseteruan seperti ini akan terus di "jaga" untuk sebuah tujuan tersebut, sampai kapan?     Salam Narwanto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun