Mohon tunggu...
Narwanto Terasspeda
Narwanto Terasspeda Mohon Tunggu... wiraswasta -

Menulis sambil tungguin Ternak Sepeda beranak pinang,

Selanjutnya

Tutup

Nature

Lebih Baik Tawari Saya Kondom daripada Rokok!

24 Maret 2012   09:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:32 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pernahkah anda mampir belanja di sebuah minimarket yang kini banyak kita jumpai dimanapun kita pergi? Mungkin saja hampir disetiap kecamatan dipulau Jawa ini bisa kita bisa menjumpainya. Entah didalam perkampungan padat penduduk atau di jalan raya. Setelah kita mendapatkan produk yang akan kita beli dan langsung menuju ke meja kasir, biasanya sang kasir menyapa dengan tersenyum, sambil mengucap salam dengan ramah.

Segera produk kita di identifikasi menggunakan barcode scanner , setelah semua selesai segera sang Kasir menanyakan kepada kita dengan beragam pertanyaan seperti "sudah cukup belanjanya?, mungkin ada tambahan lagi?, mungkin sekalian pulsanya, dan lain sebagainya". Saya sering menjawab "sudah cukup, berapa totalnya?". Hingga akhirnya saya anggap semua itu sebuah hal yang wajar dalam ilmu marketing.

Teknik ini lebih dikenal dengan istilah Cross Sell, salah satu teknik dimana penjualan dengan menawarkan lebih dari yang konsumen cari. Kita bisa menawarkan produk lain setelah konsumen melakukan pembelian produk tertentu. Jurus handal ini telah diterapkan oleh sebut saja McDonald, KFC, A&W dan restoran cepat saji besar lainnya untuk memperbesar pembelian per konsumen.

Mengapa teknik 'menawarkan' seperti ini digunakan? Karena teknik penjualan seperti ini tanpa biaya, namun hasil yang didapatkan sangat luar biasa sebab dihitung jumlah faktor kali disemua cabang yang kebetulan sudah tersebar di beberapa tempat. Ada salah satu survei yang dilakukan oleh salah satu guru marketing di Indonesia, mencoba disalah satu restoran cepat saji, mereka menyampaikan bahwa prosentase keberhasilan menggunakan teknik menawarkan seperti itu bisa mencapai 70 hingga 80 %. Dengan demikian jika mereka tidak menawarkan dengan teknik tersebut maka mereka akan kehilangan omzet tambahan 70 hingga 80%.

Mungkin, dari sinilah pihak manajemen mini market tersebut ingin mengadopsi teknik menawarkan tersebut ke dalam penjualan produknya. Namun, apakah teknik tersebut cukup copy paste saja dan langsung cocok?. Mari kita lihat pada kejadian berikut.

Kejadian ini saya alami sendiri hingga berulang kali. Pertama terjadi pada tahun 2009 ketika saya sedang ada pekerjaan proyek disebuah pembangkit PLTU di Jawa Timur. Bersama teman malam hari dalam perjalanan menuju hotel saya mampir kesebuah minimarket untuk membeli beberapa snack dan kebutuhan lain. Seperti cerita sebelumnya, sang kasir menawarkan sebuah produk yang hingga saat ini sangat saya hindari.

"Sudah cukup pak, mungkin sekalian nambah rokoknya?" Kasir itu menawarkan.

"Sudah cukup, Maaf mbak, saya tidak merokok terima kasih" jawaban saya.

Tawaran rokok ini berulang-ulang di beberapa minimarket dan supermarket dengan waktu dan tempat yang berbeda, hingga kejadian terakhir beberapa bulan yang lalu, namun kali ini entah kenapa emosi saya sempat tersulut dihadapan salah satu kasir minimarket yang kebetulan didekat rumah.

"Sudah pak, larutan penyegar saja, sekalian rokoknya?" tawaran sang kasir.

"Mending tawarin saya kondom aja mbak daripada rokok" jawab saya sambil sedikit gregetan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun