Mohon tunggu...
Narwan Eska
Narwan Eska Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemahat Rupadhatu

Berkelana di belantara sastra, berliterasi tiada henti

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mungkin Engkau Lupa, Kawan

3 Januari 2021   16:31 Diperbarui: 3 Januari 2021   17:20 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi: Jurnal Sunardian)

Mungkin engkau lupa pada janjimu kepada Tuhan

Hingga engkau melupakan semua yang kau ucapkan

Mungkin engkau lupa bahwa benarmu belum tentu benar buat yang lain

Tapi kau memaksakan kehendakmu agar yang lain mengakui ucapanmu.

Bagaimana kau bisa dipercaya bila saat berbohong minta dukungan yang lain

Saat kau salah selalu meminta yang lain berkata benar ucapanmu

Bagaimana bisa?

Mungkin kamu lupa didikan ayah ibumu untuk berebut salah daripada berebut benar

Namun kau lebih suka salah yang kamu anggap benar

Kamu lebih suka orang simpati kepadamu sementara kamu sendiri tak sayang dirimu

Hatimu pun menolak namun kau mencoba menutupinya.

Segala dalih kau kedepankan untuk menutup salahmu

Padahal dari awal kau sudah salah

Ketika kau lupa janjimu kepada Tuhan

Saat ruhmu Dia tiupkan.

Aku tak keberatan kau berdusta

Aku pun tak rugi kau menginjak hatimu

Karena aku tahu kau sendiri menolak apa yang kau pikirkan

Apa yang kau ucapkan, dan apa yang kau perbuat.

Mungkin kau lupa saat berjanji kepada Tuhan

Hingga kau didik anak-anakmu dengan kebohongan

Dibiasakan makan gengsi daripada nasi

Dibiasakan merasa tinggi dari lainnya.

Apakah lupa akan janji juga akan terus kau wariskan?

Hingga kau melupakan ada hidup sesudah mati

Bahkan kau lupa bahwa hidup sebenarnya menunggu mati

Entah nanti, esok, lusa mau akan menjemputmu pasti.

Sudahkah bekalmu cukup?

Jangan sombongkan diri atau apatis dengan mati

Tak peduli dengan hidup sesudah maut

Karena Tuhan tak peduli seberapa sombongmu,

Seberapa gengsimu, juga seberapa benarmu.

Semua ada timbangannya, semua ada derajatnya

Kau semai di dunia kau petik di akhirat

Segudang hartamu tak mampu menolong saat sekarat

Malaikat maut tinggal menunggu perintah menjemput.

Sadarlah kawan, sebalum mati menghampiri

Taubatlah kawan, sebelum ajal sampai kerongkongan

Tepati janjimu pada Tuhan

Jangan malu meskipun al fatikhah pun engkau belum hafal

Niatkan dan lakukan sepenuh jiwa dan badan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun