Mohon tunggu...
Narwan Eska
Narwan Eska Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemahat Rupadhatu

Berkelana di belantara sastra, berliterasi tiada henti

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Blarak

14 September 2019   23:52 Diperbarui: 15 September 2019   00:12 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: infopublik.id

"Pokoknya saya tetap minta ganti Pak."

Anggota dewan ini membuat Kang Temon harus mengatur strategi dalam berkilah. Karena baru kali ini dia menghadapi tukang rapat, tukang debat. Bukan seperti biasanya ketika Kang Temon ikut rapat di balai desa, paling lawan debatnya sejajar, debat ala desa, bukan ala wakil rakyat.

Namun Kang Temon tetap berprinsip dalam menghadapi situasi semacam ini. Tidak boleh emosi, harus tenang. Hati boleh panas, namun kepala tetap dingin.

"Saya ingin Pak Temon mengganti kaca mobil itu. Saya tidak mau tahu bagaimana caranya. Saya tidak mau mendengar alasan Pak Temon untuk tidak menggantinya."

Wakil rakyat itu tampak emosi. Wajahnya semakin tidak bersahabat.

***

"Maaf Bapak. Mobil itu milik Bapak sendiri?"

Kang Temon bertanya datar, tanpa balas dengan nada tinggi.

"Bukan. Itu mobil dinas, milik pemerintah. Tapi saya yang bertanggungjawab atas mobil itu."

"Kalau memang mobil pemerintah, berarti bukan saya yang harus mengganti."

"Lalu siapa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun