Sebuah mobil masuk pekarangan. Suamiku telah pulang dari perusahaan. Kusambut kedatangannya dengan senyum. Pasti dia capek. Aku lihat air mukanya menyiratkan keletihan meski ia mencoba menutupinya dengan senyum. Mungkin pekerjaannya begitu banyak.
”Siapa dia?”
Suamiku menanyakan perempuan yang duduk di beranda.
”Oh, dia? Dia seorang pemulung yang numpang berteduh. Murni namanya, Mas”
”Murni?”
”Iya! Kenapa Mas?”
Kulihat kening Mas Pras berkerut, mengingat-ingat sesuatu.
”Ada apa Mas? Mas kenal dia?”
”Ah, tidak!”
Aku merasakan sesuatu yang ganjil di wajah suamiku. Belum lagi aku sempat menerka-nerka, tiba-tiba Murni tergopoh-gopoh menghampiri kami dan bersimpuh di depan suamiku. Seketika ia menangis. Dipegangnya tangan Mas Pras dan ditarik-tariknya.
”Mas Pras! Pulang Mas! Teganya Mas Pras meninggalkan kami. Pulang Mas! Anak kita perempuan Mas, dia sangat ingin bertemu ayahnya. Ayo pulang Mas!”