Mohon tunggu...
Narwan Eska
Narwan Eska Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemahat Rupadhatu

Berkelana di belantara sastra, berliterasi tiada henti

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kotak Wasiat

30 Juli 2019   11:41 Diperbarui: 30 Juli 2019   11:42 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ratmin, Kang Ratno dan Mbakyuku semua. Kertas-kertas ini bukan berisi wasiat, amanat, atau bahkan pembagian harta warisan yang terpendam dari ayah untuk kita."

"Lalu apa isi kertas-kertas itu?"

"Kertas-kertas ini bukan peninggalan ayah, tapi peninggalan kakek. Isinya hanya surat-surat piutang dan surat-surat pelunasan hutang. Tidak ada artinya bagi kita."

"Jadi ini semua peninggalan kakek? Bukan peninggalan ayah?" Yu Ratmi masih belum percaya.

"Welha, kukira wasiat tenan? Jebul kotaknya saja to?"

Akhinya Kang Ratno menyadari kekeliruannya, kemudian meminta maaf kepda bapak-bapak sesepuh dusun itu. Juga kepada adik-adiknya termasuk aku. Aku masih geli membayangkan kejadian itu. Ada-ada saja acara Kang Ratno agar aku pulang. Masih hal-hal yang sepele ternyata. Kejadian itu tetap merupakan kenangan yang menjadi hiburanku tatkala aku agak kesal dengan Kang Ratno yang masih saja menelponku untuk hal-hal yang sepele. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun