Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Language education

Belajar mencoret

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyamakan Peluang Bukan Standar, Menyoal Jalur Beasiswa LPDP

21 Januari 2025   21:18 Diperbarui: 21 Januari 2025   21:18 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi LPDP | Image by CNN Indonesia/iStockphoto

Januari selalu menjadi bulan yang dinanti-nanti oleh banyak calon penerima beasiswa, seiring dengan dibukanya pendaftaran batch 1 LPDP. Setiap kali kesempatan ini datang, diskusi mengenai persyaratan jalur reguler dan jalur prasejahtera kembali mencuat sebagai topik hangat. 

Meskipun LPDP menawarkan berbagai program, perbedaan kedua jalur ini selalu memicu perbincangan seru di kalangan para calon penerima beasiswa, yang berlomba-lomba untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam meraih peluang tersebut.

Program-program beasiswa LPDP 2025 | Image by LPDP-RI/ig
Program-program beasiswa LPDP 2025 | Image by LPDP-RI/ig

Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah, "Kenapa jalur reguler harus punya sertifikat bahasa Inggris, sementara jalur prasejahtera tidak wajib?" atau "Kenapa passing grade-nya berbeda, padahal sama-sama bertujuan untuk studi lanjut?"

Kebijakan ini sering menimbulkan kebingungan, terutama bagi mereka yang baru pertama kali mendaftar. Yuk, kita coba pahami alasan di balik perbedaan tersebut!

Memahami Tujuan Berbeda dari Dua Jalur

Pertama-tama, penting buat kita pahami bahwa jalur reguler dan prasejahtera itu punya tujuan yang sedikit berbeda. Jalur reguler ditujukan buat siapa saja, tanpa memandang latar belakang ekonomi. Artinya, siapapun bisa daftar, asalkan memenuhi semua persyaratan, termasuk sertifikat bahasa Inggris seperti TOEFL atau IELTS.  

Sementara itu, jalur prasejahtera atau afirmasi punya fokus lain. Jalur ini dibuat khusus untuk teman-teman yang berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah, daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar), atau kelompok dengan keterbatasan akses pendidikan.  

Nah, karena tujuan ini beda, persyaratannya juga otomatis menyesuaikan. Sertifikat bahasa Inggris, misalnya, bisa jadi hambatan besar buat peserta dari jalur prasejahtera. Kok bisa? Bayangkan saja, biaya tes TOEFL ITP itu bisa sampai Rp.500.000 an, belum termasuk kursus persiapannya. Buat teman-teman dari keluarga prasejahtera, ini bukan angka yang kecil.  

Kenapa Harus Ada Sertifikat Bahasa Inggris di Jalur Reguler?

Sertifikat bahasa Inggris itu biasanya jadi salah satu indikator kemampuan akademik di tingkat internasional. Soalnya, sebagian besar program studi terutama yang berbahasa Inggris - menuntut kemampuan ini. Selain itu, sertifikat seperti TOEFL atau IELTS juga menunjukkan kesiapan peserta untuk bersaing secara global.  

Tapi tenang, ini bukan berarti jalur prasejahtera tidak perlu belajar bahasa Inggris. Mereka tetap mendapat pelatihan intensif setelah lolos beasiswa. Jadi, perbedaannya cuma di waktu persiapannya saja. Jalur reguler harus siap dari awal, sedangkan jalur prasejahtera disiapkan setelah mereka diterima.  

Soal Passing Grade, Beda Itu Bukan Diskriminasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun