Orang dengan NPD sering terobsesi dengan pujian dan validasi dari orang lain. Mereka bisa menjadi manipulatif untuk mencapai tujuan tersebut. Sementara itu, branding diri adalah proses yang lebih terarah dan positif. Fokusnya adalah membangun reputasi dengan menunjukkan keunikan dan keahlian seseorang, bukan hanya mencari pengakuan. Â
Misalnya, seorang mahasiswa yang memamerkan sertifikat seminar setiap minggu di Instagram. Jika tujuannya untuk berbagi manfaat dan membangun citra sebagai pribadi yang aktif, itu adalah branding diri. Tapi, jika tujuannya hanya untuk memamerkan kesuksesan agar dikagumi orang lain, itu bisa mengarah pada tanda-tanda narsistik. Â
Nasihat Dale Carnegie
Saat obrolan semakin dalam, saya teringat sebuah kutipan dari Dale Carnegie, penulis buku How to Win Friends and Influence People. Carnegie berkata, "Kunci untuk menjadi orang yang berpengaruh adalah dengan menunjukkan ketulusan, bukan hanya tampil baik di permukaan." Â
Pernyataan Carnegie ini sangat relevan dalam konteks branding diri. Branding yang efektif tidak hanya tentang membangun citra positif, tetapi juga tentang menjadi pribadi yang tulus dan autentik. Orang lain bisa merasakan jika niat kita murni untuk berbagi kebaikan, bukan sekadar mencari perhatian. Â
Relevansi Personal Branding bagi Mahasiswa
Sebagai mahasiswa, branding diri adalah investasi jangka panjang. Di dunia yang semakin kompetitif, reputasi sering kali menjadi pintu masuk ke banyak peluang. Branding diri yang baik bisa membuatmu dikenal sebagai sosok yang kreatif, inspiratif, atau ahli di bidang tertentu. Â
Tapi, branding diri juga harus dilakukan dengan sadar dan bijak. Jangan sampai terlalu sibuk membangun citra hingga lupa untuk benar-benar mengembangkan diri. Branding yang kuat harus didukung oleh keahlian nyata, bukan sekadar ilusi. Â
Obrolan di warung kopi justru terasa seperti refleksi kecil tentang diri sendiri. Branding diri, jika dilakukan dengan tepat adalah alat untuk menunjukkan potensi kita. Tapi, penting untuk menjaga keseimbangan. Jangan sampai obsesi terhadap pencitraan membuat kita kehilangan kejujuran pada diri sendiri. Â
Kalau kata teman saya, "Yang penting itu bukan cuma dikenal, tapi juga diingat dengan cara yang baik." Kalimat ini terasa begitu dalam. Branding diri bukan hanya tentang bagaimana kita ingin dilihat, tetapi juga tentang warisan positif yang kita tinggalkan. Â
Kembali ke nasihat Dale Carnegie, ketulusan adalah kunci. Branding diri yang baik selalu berakar pada niat untuk membawa manfaat, bukan sekadar menarik perhatian. Â
Referensi:
- American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (5th ed.). Arlington, VA: American Psychiatric Publishing. Â
- Peters, T. (1997). The Brand Called You. Fast Company. Retrieved from (https://www.fastcompany.com). Â
- Carnegie, D. (1936). How to Win Friends and Influence People. New York: Simon & Schuster. Â
Pena Narr, Belajar Mencoret...