Belakangan ini, stoikisme semakin ramai diperbincangkan. Di kalangan mahasiswa, pekerja, hingga masyarakat umum, filosofi kuno ini seolah mendapat panggung baru. Media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Twitter pun penuh dengan konten kreator yang membahasnya.Â
Sebagian besar menyebut stoikisme sebagai "cara hidup tenang" atau "obat stres zaman modern." Tapi sebenarnya, apa itu stoikisme? Dan mengapa begitu banyak orang merasa bahwa konsep ini bisa membantu mereka di tengah kesibukan dan tekanan kehidupan? Â
Sebuah Filosofi Hidup
Dalam "Buku Pintar Filsafat Klasik: Memahami Intisari Filsuf Kalsik dari Era Pra-Sokrates sampai Aristotele" karya Mujibuddin (2023), stoikisme adalah filosofi kuno yang berasal dari Yunani sekitar abad ke-3 SM, dipelopori oleh Zeno dari Citium.
Intinya sederhana, fokuslah pada hal-hal yang bisa kamu kendalikan, dan lepaskan yang tidak. Ketika diterapkan, filosofi ini bisa membantu kita menghadapi stres, kecemasan, atau bahkan rasa kehilangan dengan lebih bijak.
Stoikisme bukan sekadar teori filsafat yang berat. Tokoh-tokohnya seperti Seneca, Marcus Aurelius, dan Epictetus menyampaikan ajaran mereka dalam bahasa yang praktis dan dapat diterapkan sehari-hari.
Sebagai contoh, Marcus Aurelius, seorang kaisar Romawi, menulis buku  Meditations, sebuah jurnal pribadinya yang berisi refleksi tentang bagaimana menjalani hidup dengan tenang meskipun ia menghadapi tekanan besar sebagai pemimpin.Â
Salah satu kutipannya yang terkenal adalah "You have power over your mind, not outside events. Realize this, and you will find strength."
Mengapa Stoikisme Cocok untuk Zaman Modern?
Saat ini, banyak orang merasa kewalahan dengan ekspektasi yang tak berujung, karier yang harus sukses, hubungan yang sempurna, dan kehidupan yang selalu bahagia seperti yang terlihat di media sosial. Tapi kenyataan tidak selalu seperti itu. Kita sering dihadapkan pada situasi yang tidak sesuai harapan dan di situlah stoikisme menemukan relevansinya.
Psikologi modern menunjukkan bahwa salah satu sumber utama stres adalah mencoba mengontrol hal-hal yang sebenarnya di luar kendali kita, seperti opini orang lain, hasil pekerjaan, atau masa depan. Dalam stoikisme, fokus diarahkan pada apa yang benar-benar bisa kita kendalikan, yakni pikiran, emosi, dan tindakan kita sendiri.
Menurut artikel dari Journal of Positive Psychology (2020), konsep stoik seperti pengendalian diri dan penerimaan dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional.Â